Domba Malang dan Apel Merah

Handi-Salam
Handi-Salam

Ternyata Menemukan dan memakan itu adalah sebuah proses sampai pada kesimpulan Apel yang ia temukan masam atau manis, meski kesimpulan itu pun tetap belum jadi kebenaran sepenuhnya, karena ia belum menguji Apel lain di tempat lain toh !.

Bacaan Lainnya

Dalam fabel lain, Aesop mengingatkan bahwa makhluk berakal sekalipun tak akan sepenuhnya bisa menggapai kebenaran. Kebenaran akan terus ada seiring perkembangan pikiran. Sebab itu, kebenaran adalah proses yang terikat waktu. Kebenaran hari ini mungkin tak akan menjadi kebenaran esok dan seterusnya. Alangkah merugi mereka yang mengklaim merasa paling benar, karena dalam pikiran yang merasa benar, keragu-raguan sebagai bahan bakar berpikir, telah mati.

Einstein pernah berkata bahwa cara manusia memecahkan setiap problem yang sama akan berbeda di setiap zaman. Cara mengatasi macet pada hari ini tak akan terpakai untuk solusi 30 tahun lagi. Dulu orang begitu saja makan daun dan hewan yang diburunya, kini daun itu diolah dan daging dipanggang sehingga kita bebas dari virus dan bakteri.

Ternyata berpikir dan menimbang ulang adalah sumber inovasi manusia menemukan sejarah dan peradaban. Bersedia membuka pikiran pada perubahan akan menyelamatkan kita bernasib sama dengan Domba malang yang menganggap semua Apel berasa masam di seluruh dunia, hingga ia tak pernah mencoba kembali menggapai Apel di lain waktu dengan cara yang berbeda.(*)

 

Oleh : Handi Salam
*Redaktur Radar Sukabumi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *