Gendoruwo yang Dimaksud Jokowi

JAKARTA – Tim Kampanye Nasional Joko Widodo – Ma’ruf Amin (TKN Jokowi – Ma’ruf) menganggap istilah politik gendoruwo ditujukan untuk mereka yang kerap memberikan pandangan pesimistis kepada masyarakat.

Hal ini disampaikan TKN menyusul pernyataan Sandiaga Uno yang menerjemahkan genderuwo yang dimaksud Jokowi berada di sektor ekonomi.

Bacaan Lainnya

“Bagi kami, genderuwo ekonomi tercermin dari pernyataan para politikus yang selalu menakut-nakuti rakyat dengan narasi yang pesimistis dan ketidakpastian ekonomi yang sebetulnya tidak sesuai dengan fakta obyektif yang dihadapi masyarakat,” kata juru bicara TKN Ace Hasan Syadzily, Selasa (13/11).

Ace melanjutkan, pernyataan-pernyataan seperti Indonesia akan bubar pada 2030, rakyat Indonesia 99 persen hidup pas-pasan, harga-harga bahan pokok di pasar naik, tempe setipis ATM, chicken rice di Singapura lebih murah dibandingkan di Jakarta, dan lain-lain merupakan contoh-contoh narasi pesimistis.

“Rakyat dibuat takut seakan-akan Indonesia ini ada dalam situasi yang menakutkan. Padahal faktanya tidak benar. Pak Jokowi telah melakukan pengecekan langsung di pasar untuk memastikan harga-harga kebutuhan pokok itu apakah sesuai dengan yang dituduhkan. Ternyata kenyataan tidak,” kata Ace.

Polotikus Golkar ini mengklaim harga-harga stabil sebagaimana data inflasi yang selalu terkendali selama pemerintahan Jokowi.

“Bagi kami menyampaikan pandangan politik yang berbeda dalam melihat situasi saat ini adalah lumrah dan menjadi bagian dari proses demokrasi. Namun menciptakan ketakutan ekonomi sangat membahayakan bagi rakyat itu sendiri,” jelas Ace.

Ace menyadari tujuan dari narasi itu adalah bagian dari mencari simpati rakyat. Namun, Ace menyayangkan langkah tersebut bisa merugikan rakyat itu sendiri. Sebab, pernyataan negatif yang pesimistis disampaikan secara berulang-ulang bisa jadi menjadi kenyataan.

Pernyataan itu akan dimanfaatkan oleh para spekulan pasar untuk meraih keuntungan ekonomi.Akibatnya harga-harga akan naik di pasar tradisional dan akhirnya rakyat akan rugi.

Pedagang pasar di pasar tradisional akan merasakan dampaknya. “Jadi sekali lagi janganlah kita menggunakan narasi ketakutan hanya semata-mata untuk kepentingan politik jangka pendek. Terlalu besar pertaruhannya untuk kepentingan rakyat,” jelas Ace.

 

(tan/jpnn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *