Mahasiwa Nusa Putra Sukabumi Refleksi Pelanggaran HAM

Aksi Mahasiswa Nusa Putra Sukabumi
Mahasiswa Nusa Putra, saat membagikan  selembaran kertas tentang kasus penculikan dan penghilangan paksa aktivis pada tahun 1997 -1998.

SUKABUMI – Aliansi mahasiswa kelompok aksi Kamisan dari Universitas Nusa Putra di Jalan Raya Cibolang, Nomor 21, Cibolang Kaler, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, melakukan refleksi tentang kasus penculikan dan penghilangan paksa aktivis pada tahun 1997 -1998.

Dalam merefleksikan kasus yang terjadi pada zaman orde baru itu, mahasiswa tersebut telah melakukan diskusi, propaganda media untuk dapat diketahui oleh masyarakat, serta membagikan selembaran kertas yang berisikan sazarah dan nasib sejumlah aktivis korban penculikan 1998 kepada warga dan pengguna lalu lintas di depan Universitas Nusa Putra.

Bacaan Lainnya

Koordinator Lapangan Aliansi Mahasiswa Nusaputra, Arsal Ardiana Yusuf kepada Radar Sukabumi mengatakan, peristiwa penculikan dan penghilangan orang secara paksa periode 1997-1998, terjadi pada masa pemilihan Presiden Republik Indonesia (Pilpres) untuk periode 1998-2003.

Pada masa itu, terdapat dua agenda politik besar. Yakni, Pemilihan Umum (Pemilu) 1997 dan Sidang Umum (SU) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada bulan Maret 1998, untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden RI, yang pada saat kasus ini terjadi, presiden RI masih dijabat oleh Soeharto.

“Kasus penculikan dan Penghilangan Orang Secara Paksa, menimpa para aktivis, pemuda dan mahasiswa yang ingin menegakkan keadilan dan demokrasi di masa pemerintahan Orde Baru,” kata Arsal kepada Radar Sukabumi pada Kamis (11/01).

Mereka yang kritis dalam menyikapi kebijakan pemerintah dianggap sebagai kelompok yang membahayakan dan merongrong kewibawaan negara. Gagasan-gagasan dan pemikiran mereka dipandang sebagai ancaman yang dapat. menghambat jalannya roda pemerintahan.

“Untuk itu, kami melakukan kegiatan ini. Iya, tujuannya untuk merefleksikan agar masyarakat tahu bahwa ada kasus penculikan pada zaman orde baru di tahun 1997 dan 1998. Jadi, kita refleksikan banyak soalnya disisi lain orang-orang ini masih belum ditemukan sekitar 13 orang,” bebernya.

Refleksi tersebut, kata Arsal, dinilai sangat penting karena berimbas dari persoalan negara. Untuk itu, masyarakat harus tahu tentang bagaimana perkembangan negara itu seperti apa.

Untuk itu, aksi Kamisan ke-801 tidak hanya dilakukan di kampus Universitas Nusa Putra saja. Namun, juga dilakukan di 11 Kampus lainnya di Sukabumi.

Diantaranya, UMMI, Politeknik Sukabumi, STH Pasundan, Stisip Syamsul Ulum, IAIS, Stisip Widyapuri Mandiri, STAI Syamsul Ulum, Universitas Linggabuana, Universitas Bina Sarana Informatika dan Yapkesbi.

“Kesan dari masyarakat sendiri sangat baik, karena hal tersebut dapat menjadi informasi baru dan menjadi suatu semangat untuk mengetahui informasi tersebut,” tukasnya.

Ia berharap, dengan terselenggaranya kegiatan ini, masyarakat pada intinya dapat mengetahui informasi ini dengan merefleksikan kembali bagaimana sezarah atau historis empiris yang sudah terjadi bisa menjadi kasus yang memang harus diselesaikan permasalahan dari pelanggaran HAM.

“Iya, mereka yang diculik itu merupakan aktivis yang ingin menegakkan keadilan dan demokrasi di masa itu. Mereka adalah orang-orang yang kritis dalam menyikapi kebijakan pemerintah,” pungkasnya. (Den)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *