Madrasah Diminta Lebih Dekat Teknologi

JAKARTA, RADARSUKABUMI.com  – Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Ali Ramdhani meminta agar madrasah lebih dekat dengan teknologi. Ini ditekankan untuk menghadapi tantangan revolusi industri.

“Dalam kondisi ini hanya dengan bersahabat dengan teknologi, khususnya teknologi digital, kita dapat bersanding dan bertanding dalam menjalani kehidupan kekinian,” terangnya dalam webinar Madrasah Cakap Digital, Rabu (4/8/2021).

Bacaan Lainnya

Pemanfaatan teknologi digital tak dapat dihindari dalam keseharian kita. Apalagi di masa pandemi Covid-19 yang hampir semua serba daring.

“Memaksa kita untuk lebih memanfaatkan dan mengoptimalkan teknologi pada berbagai sektor kehidupan termasuk di dalamnya adalah sektor pendidikan,” ucapnya.

Bukti nyatanya adalah pembelajaran daring yang memanfaatkan berbagai platform. Ini sudah diterapkan juga di madrasah, hanya saja perlu adanya penguatan literasi digital yang diupayakan dapat menciptakan budaya digital yang sehat.

Sebab, menurut dia dalam membangun cakap berdigital tidak hanya dalam persoalan bagaimana memiliki dan menjalankan peralatan yang canggih. Namun juga dalam membentuk kesadaran serta bijak menyaring informasi di ruang digital.

“Untuk itu kita membuka mindset dan cara pandang dalam menggunakan dan mengoptimalkan teknologi. Tanpa menghilangkan hal yang esensial dari setiap perkembangan peradaban manusia yakni implementasi dari kearifan budaya yang memuat nilai-nilai kebaikan yang berintisari nilai-nilai etika pada lingkungan pendidikan Islam,” tutup Ali.

Sementara itu, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Kemenag, Muhammad Zain juga menyayangkan, sangat disayangkan saat ini masih banyak daerah yang kesulitan mengakses internet. Hal ini pun menjadi tanda bahaya bagi dunia pendidikan di Indonesia.

“Berbahaya kalau anak kita putus sinyal. Mereka itu putus sinyal itu berdampak kepada putus sekolah,” ujarnya.

Wilayah yang paling sulit mendapat akses internet dan paling besar potensi putus sekolahnya adalah kawasan 3T (tertinggal, terluar dan terdepan). Oleh karenanya, ia berharap ada penyelesaian atas terbatasnya akses tersebut.

“Kalau dulu anak dikasih uang jajan, kalau sekarang harus dipastikan terkoneksi dengan internet kalau mereka terputus ya sudah mereka putus sekolah,” imbuhnya.

Ia meyakini apabila pemerataan akses digital terjadi, para pelajar mulai dapat membentuk kecakapan digital. Dengan begitu para pelajar dapat memaksimalkan potensi memanfaatkan ruang digital.

“Kemudian perlu kita membangun saring sebelum sharing (berbagi). Ini perlu dibangun kesadarannya agar kita tetap mendapatkan anak didik yang penuh skill tapi juga attitude dipertahankan,” pungkas Zain.(sai)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *