Perjalanan Qatar Juarai Piala Asia, Pupus Nestapa Piala Dunia

Pemain Qatar Hassan Al-Haydos mengangkat trofi juara Piala Asia 2023 bersama rekan-rekannya yang merayakan keberhasilan Qatar mempertahankan gelar juara Piala Asia setelah menaklukkan Yordania dalam final di Stadion Lusail di Lusail, sebelah utara Doha, Qatar, pada 10 Februari 2024. (AFP/KARIM JAAFAR)
Pemain Qatar Hassan Al-Haydos mengangkat trofi juara Piala Asia 2023 bersama rekan-rekannya yang merayakan keberhasilan Qatar mempertahankan gelar juara Piala Asia setelah menaklukkan Yordania dalam final di Stadion Lusail di Lusail, sebelah utara Doha, Qatar, pada 10 Februari 2024. (AFP/KARIM JAAFAR)

JAKARTA — Pembuktian Qatar masih menjadi tim terbaik, atau paling tidak salah satu yang terbaik di Asia. Sukses di Stadion Lusail pada Sabtu malam tadi itu adalah juga penebusan untuk pengalaman menyakitkan yang mungkin sulit dilupakan sepanjang hidup oleh Qatar. Pengalaman menyakitkan itu adalah kegagalan dalam Piala Dunia FIFA yang diadakan dua tahun silam.

Ketika itu mereka menjadi tuan rumah Piala Dunia berkinerja paling buruk sepanjang masa, setelah kalah dalam semua dari tiga pertandingan fase grup. Pertama dari Belanda, kemudian Senegal, dan terakhir dari Ekuador. Qatar kebobolan tujuh gol dan hanya bisa mencetak satu gol.

Bacaan Lainnya

Tak ada tuan rumah Piala Dunia yang mencatat statistik seburuk Qatar. Sebelum Qatar, hanya Afrika Selatan pada 2010 yang menjadi tuan rumah Piala Dunia yang gagal melaju ke babak knockout.

Tetapi Afrika Selatan melakukannya setelah mengumpulkan empat poin dari catatan sekali menang dan sekali seri. Afrika Selatan tersisih karena kalah selisih gol dari Meksiko yang sama-sama mengumpulkan empat poin.

Jika ukuran turnamen FIFA yang digelar di Qatar dipakai untuk Piala Dunia 2010, Afrika Selatan pastilah masuk babak knockout. Pencapaian itu menjadi mimpi buruk yang sulit disingkirkan dari ingatan Qatar, khususnya masyarakat sepak bola mereka.

Pengalaman sangat menyakitkan itu menjadi ironi untuk sukses penyelenggaraan turnamen Piala Dunia yang justru dicapai secara fenomenal oleh Qatar.

Bagaimana tidak, Piala Dunia 2022 disebut-sebut sebagai turnamen FIFA paling memikat hati, paling dramatis dan paling dikenang sepanjang sejarah modern manusia.

Di sanalah, kehebatan Lionel Messi di lapangan hijau tersempurnakan. Salah satu pesepak bola terbesar sepanjang zaman itu akhirnya mendapatkan trofi yang sebelumnya tak pernah dia raih.

Qatar mungkin akan selalu ada dalam kenangan Messi.

Bukan hanya itu, turnamen Piala Dunia di Qatar adalah juga turnamen FIFA yang paling menyedot perhatian manusia sejagat raya. Miliaran manusia menyaksikan perhelatan itu.

Hapus jejak buruk

Pil teramat pahit akibat tersingkir dari Piala Dunia dengan tak memperoleh satu poin pun itu mungkin lebih menyakitkan ketimbang rangkaian kritik kepada Qatar menjelang kickoff Piala Dunia 2022, yang berpusat pada perlakuan negara itu kepada buruh migran dan warga minoritas.

Para penguasa Qatar sudah tahu kritik-kritik semacam itu tak akan membatalkan FIFA dalam menggelar turnamen di negara kaya raya di Teluk Arab tersebut yang juga Piala Dunia pertama yang diadakan di tanah Arab.

Tetapi apa yang dicapai selama Piala Dunia 2022, sempat menggerus kepercayaan diri Qatar, apalagi mereka agresif meneguhkan diri sebagai pemimpin kawasan dan global dengan memanfaatkan segala matra, termasuk olahraga.

Yang lebih menyesakkan lagi, kegagalan itu membuat Qatar tak bisa mengagungkan diri lebih hebat dari pada Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang selain bersekutu dengan Qatar, diam-diam sengit bersaing di segala arena kehidupan global, dari panggung politik dan diplomasi, sampai olahraga dan ekonomi serta sains.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *