Jumlah Satwa Dilindungi di Taman Nasional Baluran Semakin Menurun

Jumlah satwa dilindungi di Taman Nasional Baluran semakin menurun dari tahun ke tahun. Salah satunya adalah banteng atau Bos javanicus. Hal itu mengundang keprihatinan bagi semua kalangan, termasuk perguruan tinggi. Untuk itu, perlu upaya berbagai kalangan agar ikut melakukan konservasi banteng.

Hal itu disampaikan Bambang Sukendro, kepala Taman Nasional Baluran dalam kegiatan penandatanganan naskah kesepahaman di aula lantai tiga gedung rektorat dr R. Achmad Universitas Jember Selasa (6/3). “Dari data survey monitoring tahun 2017, banteng di Taman Nasional Baluran hanya tinggal 77 ekor saja,” katanya.

Bacaan Lainnya

Menurut dia, tak mudah untuk merawat keberadaan banteng tersebut. Sebab, membutuhkan SDM yang cukup banyak agar bisa menjaga dan mengawasinya. Untuk itulah, Unej berupaya ikut peduli dengan konservasi banteng dengan membentuk gerakan konservasi banteng.

Unej menggandeng empat institusi untuk ikut melestarikan banteng. Yakni Taman Nasional Baluran Kabupaten Situbondo, Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang. Kementerian Pertanian dan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. Kerja sama tersebut diharapkan mampu memberikan perhatian lebih pada pelestarian banteng.

Rektor Unej Moh. Hasan mengatakan untuk mewujudkan konservasi banteng pihaknya sengaja menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Sebab, walaupun bertajuk konservasi banteng namun ada banyak hal yang harus dikembangkan bersama.

Para pakar di Kampus Tegalboto dari berbagai latar belakang keilmuan akan mengadakan pengkajian. Mulai dari populasi, kesehatan, serta reproduksi banteng bersama staf Taman Nasional Baluran. “Kami juga berencana untuk memberdayakan para petani dan peternak sapi yang berlokasi di Desa Sumberwaru Kecamatan Banyuputih,” jelasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *