Jelang Libur Nataru, Satgas Minta Masyarakat Belajar dari Pengalaman

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. (istimewa)

JAKARTA — Pemerintah memberi perhatian khusus pada periode libur Natal 2021 dan Tahun Baru (Nataru) 2022 yang akan datang. Terutama terkait potensi pada peningkatan kasus.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah pusat hingga ke tingkat daerah beserta seluruh lapisan masyarakat diminta bekerja keras dan berkolaborasi mencegah lonjakan kasus terulang lagi. Karena, dari hasil analisis Satgas, ada tiga kali periode libur panjang pada 2020 dan 2021 penyebab kenaikan kasus.

Bacaan Lainnya

Diantaranya, libur Idul Fitri 2020, Libur Kolektif Maulid Nabi dan Natal 2020, serta libur Idul Fitri 2021. “Kenaikan kasus tidak hanya terjadi pada kenaikan kasus harian, namun juga pada kenaikan kasus mingguan yang bertahan cukup lama meskipun akhirnya berhasil diturunkan,” ujar Wiku kepada wartawan, Senin (15/11).

Dari hasil analisis data Satgas, refleksi kenaikan kasus diantaranya, pertama, libur Idul Fitri tahun 2020, terjadi penambahan antara 413-559 kasus harian baru, atau sebesar 68-93 persen. Kenaikan ini berdampak pada penambahan kasus mingguan yang angkanya berkisar 2.889-3.917 kasus.

Kedua, periode libur kolektif Maulid Nabi dan Natal tahun 2020, terjadi penambahan sebanyak 1.157 hingga 5.477 kasus harian, atau sebesar 37-95 persen pasca hari libur kolektif tersebut. Sementara untuk data mingguan, penambahan kasus mingguan berkisar antara 8.096-38.340 kasus baru.

Ketiga, kenaikan kasus signifikan pada masa libur Idul Fitri 2021. Kenaikan ini diperparah adanya varian Delta yang lebih mudah menular dibanding varian sebelumnya. Terjadi kenaikan kasus harian pada rentang 1.972 hingga 46.297 atau 53-1237 persen. dimana terjadi penambahan kasus mingguan pada rentang 13.931 hingga 324.207 kasus,” katanya.

Adanya kenaikan kasus pascaperiode libur cukup kompleks. Karena disebabkan berbagai pemicu.

Beberapa yang telah teridentifikasi diantaranya meningkatnya mobilitas tidak dibarengi upaya testing yang cukup. Padahal, kewajiban testing cukup krusial sebagai langkah preventif memastikan pelaku perjalanan dalam kondisi sehat, sehingga tidak menularkan virus ke daerah tujuannya.

Lalu, tidak disiplin protokol kesehatan selama perjalanan maupun aktivitas selama liburan, tradisi berkumpul, makan bersama, maupun tradisi keagamaan yang secara alamiah meningkatkan peluang penularan. Itu akibat berkerumun, peningkatan aktivitas di pusat belanja, tempat rekreasi, dan fasilitas publik lainnya.

“Berdasarkan hasil analisis data tersebut, saya meminta pemerintah deerah dan seluruh lapisan masyarakat untuk bersikap siaga dalam menyongsong periode libur Natal dan tahun baru,” ungkapnya.

Saat ini beberapa kabupaten/kota tengah mengalami kenaikan kasus. Daerah-daerah tersebut diminta secepatnya memperbaiki kondisinya sebelum periode libur tiba, agar tidak terjadi penumpukan kasus yang signifikan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *