Gagalkan Penyelundupan Baby Lobster Rp 37 M

Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) IV Tanjungpinang LaksmaTNI Arsyad Abdullah (kiri) ketika menunjukan baby lobster yang akan diselundupkan ke Singapura.

Kedua jenis lobster itu banyak diminati lantaran punya harga jualnya yang lebih mahal dibanding lobster jenis lain. Tak ayal, banyak permintaan lobster mutiara dan lobster pasir dari restoran berbintang maupun warung makan seafood.

Harga lobster pasir berkisar antara Rp 400 ribu hingga Rp 1 juta. ”Sedangkan, lobster mutiara ini yang paling mahal,” ucap Susi. Yakni, mulai Rp 600 ribu untuk 200-300 gram hingga Rp1,8 juta dengan berat 2 kilogram.

Susi menyampaikan, pihaknya selalu mengawasi daerah-daerah penghasil lobster di Indonesia. Antara lain, sepanjang pantai barat Sumatera, pesisir selatan Jawa, Bali, Lombok, dan Saumlaki di Maluku.

Terkait tangkapan terbaru, Komandan Pangkalan Utama TNI AL IV Tanjungpinang Laksamana Pertama TNI Arsyad Abdullah mengungkapkan bahwa tim khusus Fleet One Quick Response atau biasa disebut F1QR Komando Armada I turut serta dalam penangkapan tersebut.

Tim itu terdiri atas Detasemen Intelijen Koarmada I, Gugus Keamanan Lauat Koarmada I, Pangkalan Utama TNI AL IV Tanjungpinang, serta Lanal Batam. Sesuai data dan informasi yang diperoleh, baby lobster yang berhasil mereka amankan hendak diselundupkan dari Batam ke Singapura.

”Menggunakan speed boat,” terang Arsyad. Jenderal bintang satu TNI AL itu pun menyebut, informasi dari intelijen menjadi kunci keberhasilan tim di lapangan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *