Ekspedisi Gerakan Anak Negeri, Susuri 5.000 Kilometer Jawa-Bali, Sapa “Bunga di Desa” Banyuwangi

ekspedisi Gerakan Anak Negeri
Tim ekspedisi Gerakan Anak Negeri bersama Bupati Banyuwangi

BOGOR — Perjalanan hari kedua ekspedisi Gerakan Anak Negeri, bak lari maraton. Tim berkejaran dengan waktu untuk bisa tiba di Banyuwangi, sebelum Senin (13/9) sore. Menembus dua kota: Semarang dan Surabaya.

Tiga mobil dengan 12 penumpang, menerobos hujan yang mengguyur Bogor, Minggu (12/9) malam. Kurang satu jam lagi, waktu menunjukkan pukul 00.00, tengah malam. Perjalanan Tim Gerakan Anak Negeri masih panjang. Kali ini, menuju etape kedua: Bogor-Semarang.

Bacaan Lainnya

Tak ada kendala berarti selama perjalanan melewati gelap gulita. Apalagi, rombongan memilih jalur tol untuk bisa melaju lebih cepat. Jalur ini, menjadi alternatif paling singkat untuk perjalanan trans Jawa.

Terlebih, suasana malam hari yang lengang membuat kendaraan bisa melintas tanpa hambatan. Rombongan sempat berhenti di beberapa rest area jalur tol untuk beristirahat sejenak. Perjalanan darat ini, memang menguras tenaga.

Mobil pun harus dipacu dengan hati-hati. Sekitar pukul 05.00, Senin (13/9) dini hari, Tim Gerakan Anak Negeri pun tiba di etape kedua: Semarang. Setelah menempuh jarak 737 kilometer. Di sana, tim menyempatkan diri untuk mengisi perut, sebelum memulai kembali perjalanan menuju etape ketiga: Surabaya. Lalu ke Banyuwangi.

Jika di Semarang, tim sempat mampir untuk beristirahat sejenak, tidak dengan Surabaya. Perjalanan terpaksa dilanjutkan. Janji bersua dengan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, dimajukan. Di sinilah, tim harus berkejaran dengan waktu.

Karena, jalur tol tak bisa menembus hingga ujung Pulau Jawa, rombongan terpaksa menyambung perjalanan melalui jalur arteri di beberapa kabupaten. Mulai dari Probolinggo, Situbondo, hingga sampai: Banyuwangi.

Di sana, Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, sudah menunggu tim Gerakan Anak Negeri. Tepatnya di Pendopo Sabha Swagata Blambangan. Ipuk begitu antusias mendengar cerita perjalanan ekspedisi yang bermula dari Kota Bogor. Ia bahkan tak menyangka ada perjalanan panjang jalur darat di masa pandemi yang masih menerapkan aturan PPKM.

Kabupaten Banyuwangi saat ini berstatus: PPKM Level 2. Sempat berada di level 4. Pola penanganan yang tepat membuat wilayah pesisir Jawa itu turun ke status yang lebih rendah dan mendapatkan banyak relaksasi.

“Pastinya ekonomi sangat terdampak selama pandemi Covid-19. Khususnya pariwisata yang menjadi salah satu sumber ekonomi,” ujar Ipuk dalam perbincangan bersama Tim Gerakan Anak Negeri.

Dia menyebutkan, sektor pariwisata di Banyuwangi dibangun dari dua fondasi utama. Alam dan edukasi. Ketika wisata alam tertutup selama pandemi, pihaknya masih memiliki wisata edukasi yang terus dikembangkan. Malah, kata Ipuk, wisata edukasi banyak diburu wisatawan selama masa pandemi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *