DLH Libatkan Magot Kurangi Sampah Organik

Kepala Bidang Pelayanan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Sukabumi, Eneng Rahmi

CITAMIANG – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi bakal memanfaatkan larva Magot Black Soldier Fly (BSF) untuk mengurangi volum sampah organik. Gagasan ini dibangun karena volum sampah di Kota Sukabumi tidak seimbang dengan sisa kapasitas Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA).

Data yang di dapat Radar Sukabumi dari DLH Kota Sukabumi, jumlah sampah di Kota Sukabumi dalam setiap harinya yang masuk ke TPSA Cikundul mencapai 171 ton, sekitar 63 persennya merupakan sampah organik. Sedangkan, luasan TPSA Cikundul jika dilihatr dari kemampuan menampung sampah hanya bisa bertahan hingga akhir tahun ini.

Bacaan Lainnya

Kepala Bidang Pelayanan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Sukabumi, Eneng Rahmi menjelaskan, DLH Kota Sukabumi akan mencoba untuk membangun kolaborasi dengan sejumlah pihak dalam menanggulangi sampah organik.

Salah satunya dengan para peternak magot, yang mana makanan pokok dari Magot tersebut adalah bahan-bahan organik.

“Sampah organik di Kota Sukabumi yang masuk TPSA itu amat tinggi jumlahnya, berangkat dari hal itu kami bertekad untuk mengurangi volum sampah dengan memanfaatkan larva Magot Black Soldier Fly (BSF), seperti halnya yang sudah di kembangkan oleh daerah lainnya dan ini merpakan bentuk kolaborasi antara pemerintah, masyarakat dan peternak Magot,” terangnya kepada Radar Sukabumi, kemarin (1/12).

Larva jenis ini, lanjut Eneng Rahmi, sangat aktif memakan berbagai bahan organik seperti buah-buahan, sayuran, sampah pasar, sampah dapur, limbah ikan, serta kotoran hewan ternak. Sedangkan, dari 171 ton sampah organik yang masuk TPSA Cikundul mencapai 63 persen.

“Cara pemprosesan ini jika berjalan dengan baik tentunya bakal cukup efektif mengurangi sampah organik, bisa saja nantinya ada kendaraan khusus yang mengangkut sampah organik, baik dari rumah tangga maupun dari pasar ke para peternak magot, tepi tentunya hal ini harus didukung oleh semua pihak, terutama masyarakat,” terangnya.

Menurut Rahmi, jumlah peternak magot di Kota Sukabumi sudah cukup banyak hanya saja belum terorganisir. Kedepannya, pihaknya bakal berkolaborasi dengan masyarakat dan kelurahan untuk menciptakan paternak magot di setiap kelurahan dan bisa mengatasi langsung sampah yang berasal dari rumah tangga di wilayah masing-masing.

“Nanti kami akan organisir dengan menempatkan ahli magot dan relawan pengelola magot di tiap Kelurahan. Kolaborasi juga pendanaannya dengan dana kelurahan.

Jadi setiap kelurahan dilatih untuk mengelola maggot. Hasilnya diharapkan 51 persen dari sampah rumah tangga bisa ditangani ditempat lokasi sumbernya,” pungkasnya. (upi/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *