PD Waluya Terancam Bubar

CIKOLE, RADARSUKABUMI.com– Perusahaan Daerah (PD) Waluya yang bergerak di bidang Farmasi terancam akan dibubarkan oleh pemerintah. Pasalnya, dari tiga perusahaan daerah, hanya PD Waluya yang belum melakukan perbaharuan.  Sedangkan dua perusahaan daerah seperti  Bank Perkreditan Raykat (BPR)  dan PDAM Tirta Tirta Bumi Wibawa sudah berubah nama menjadi Perumda hasil penetapan keputusan definitif DPRD Kota Sukabumi  sesuai Peraturan Daerah yang diusulkan Pemerintah Kota Sukabumi.

 Menanggapi hal tersebut, Walikota Sukabumi, Achmad Fahmi mengaku tidak dibahasnya Raperda PD Waluya ini lantaran pemerintah masih menunggu hasil audit dari dari Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) provinsi Jawa Barat. “Iya kita masih menunggu hasil dari BPKP,” ujar Fahmi usai rapat Paripurna persetujuan empat raperda di Gedung DPRD Kota Sukabumi, kemarin (2/7).

Bacaan Lainnya

 Untuk itu langkah keberadaan PD Waluya itu tergantung dengan hasil dari BPK tersebut, apakah nantinya akan dibubarkan ataupun perlu dihidupkan kembali. “Kalau versi BPKP rekomendasi bubarkan, ya bubarkan atau jika disehatkan dengan beberapa rekemomendasi, kita lakukan,” jelasnya.

 Sementara itu Anggota DPRD Kota Sukabumi dari Fraksi Golkar, Gundar Kolyubi menambahkan, permasalahan di tubuh PD Waluya itu sangat rumit. Sehingga usur pemerintah daerah dalam hal ini eksekutif tidak merekomendasikan untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah. “ Ya masih banyak masalah, sehingga perlu dikaji lebih dalam,” tambahnya.

 Gundar menilai keberadaan PD Waluya itu sudah tidak harus dipertahankan.  Artinya PD waluya yang bergerak di bidang Farmasi itu harus dilebur ataupun dirubah sektor bidangnya. “ Ya harus dibubarkan saja, namun aset-aset yang ada di PD Waluya harus diselamatkan,” katanya.

 Menurut Gundar lebih bagus PD Waluya itu bergerak di bidang keparawisataan. Apalagi saat ini di Kota Sukabumi mempunyai aset pemkot atau pihak ketiga yang bisa diperdayakan. “ Seperti  Cikundul, Rengganis dan Bus Bandros, itu bisa dijadikan objek wisata di Kota Sukabumi. Saya lebih condong  Perumda parawisata,” pungkasnya.

(bal)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *