Kasus Perundungan Siswa SD di Kota Sukabumi Berujung Islah, Korban Alami Patah Tulang

Mediasi-Perudungan-sd-kota-sukabumi
Proses mediasi kasus dugaan perundungan yang mengakibatkan korban patah tulang di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, Kamis (28/9).

SUKABUMI – Kasus dugaan perundungan menimpa seorang siswa kelas 3 Sekolah Dasar (SD) swasta di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi. Akibat dibully dua orang teman sekelasnya, korban mengalami patah tulang.

Dugaan kasus perundungan tersebut, sempat viral di media sosial. Pasalnya, pada Rabu (27/9), orang tua korban menceritakan peristiwa perundungan yang dialami anaknya dan disebarkan akun Instagram @sukabumitoday.

Bacaan Lainnya

Namun, pada Kamis (28/9) Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) melakukan mediasi atara keluarga korban dan dua anak lainnya.

Proses mediasi dihadiri langsung Sekretaris DP2KBP3A Kota Sukabumi drg. Rina Hestiana, korban dan orang tuanya, dua terduga pelaku dan orang tuanya, pihak sekolah hingga komite sekolah.

“Hasilnya alhamdulillah baik, semua pihak legowo untuk menerima dan saling memperbaiki diri walaupun pada akhirnya seperti itu, harus ada komunikasi apapun itu yang ujungnya ke arah perbaikan,” ungkap Tenaga Psikolog UPTD PPA Dikdik Hardy di lokasi mediasi.

Dikdik menuturkan, dari proses mediasi tersebut terungkap jika tidak ada yang mengetahui persis kejadian dugaan perundungan yang dialami korban anak laki-laki berinisial L itu. “Yang benar adalah kejadian itu tidak ada yang tahu persis,” tuturnya.

Usai menjalani mediasi, ke tiga anak nampak saling bersalaman dan orang tua dan pihak sekolah pun bercengkrama dan memutuskan untuk tidak mengungkit persoalan tersebut.

“Yang paling menarik ketiga anak ini pola asuhnya tidak bermasalah, baik-baik saja. Satu sama lain menunjukkan rasa care (peduli) walaupun berproses dengan kondisi emosi naik turun dan ketidakpastian,” cetusnya.

Sementara itu, orang tua korban DS (45) menjelaskan, dugaan perundungan itu terjadi pada 7 Februari 2023 lalu hingga menyebabkan anaknya mengalami patah tulang di bagian lengan. Dia menganggap pihak sekolah menutupi kasus perundungan tersebut. Akan tetapi, kembali lagi tak ada barang bukti atau video CCTV yang menunjukkan adanya peristiwa perundungan.

Selama proses mediasi, keluarga menceritakan kronologi yang diterima dari anaknya yang sempat ketakutan untuk menceritakan kejadian tersebut.

“Anak saya berungkali kali bilang takut ayah marah. (Saat itu) kita datang ke PPA, setelah itu hasil dari pertemuan Pak Dikdik akan datang ke sekolah melihat sosialisasi anak saya dengan dua anak terduga pelaku. Kejadian itu meski anak sudah akur tapi permasalahan itu tidak selesai sampai di situ,” jelasnya.

Di tenpat sama, Kepala Satuan Pendidikan SD Sr. Agustuna Dede Mite turut buka suara saat proses mediasi dengan meminta maaf atas keterlambatan penanganan permasalahan itu hingga akhirnya viral di media sosial.

“Saya mohon maaf bahwa kurang cermat dan peka atas apa yang dibutuhkan orang tua L. Dalam proses terakhir, itu kami bergulat berkomunikasi baiknya bagaimana untuk melakukan tindakan selanjutnya. Ada niat mempertemukan seperti ini, tapi mengingat kondisi emosi bapak waktu itu akhirnya saya mengurungkan niat sambil menunggu waktu untuk bisa mendapatkan waktu terbaik dan akhirnya keterlambatan itu yang menambah atau memperkeruh (permasalahan),” ucapnya.

Ia menegaskan, tidak mengetahui secara pasti akan adanya dugaan bullying yang menimpa L. “Jujur memang saya tidak mendapatkan berita yang sesungguhnya,” ujarnya.

Atik mengaku, pihak sekolah sempat mengunjungi kediaman korban untuk membujuk agar kembali masuk sekolah. Peristiwa ini, akan dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan evaluasi agar tak terjadi di kemudian hari.

“Ini menjadi pembelajaran yang baik untuk kami pihak sekolah terutama. Kami juga tidak mengatakan bahwa kami yakin seyakinnya kami akan menjaga, menjami keamanan anak-anak selama berada di sekolah, berusaha semampu kami, tapi ternyata ada juga kejadian seperti ini, karena kami juga ada keterbatasan, guru sekian, anak sekian,” bebernya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *