SUKABUMI – Kepala perpustakaan (Kapus) STISIP Syamsul Ulum yang juga editor buku Indonesia Undercover, Wibowo, bertekad menyalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia pada 2024, mendatang. Keinginan menjadi presiden ini lantaran beberapa alasan, diantaranya ingin mengulangi masa kejayaan pada saat era Presiden Soekarno.
“Saya melihat Indonesia ini negara besar, karena merupakan negara kepulauan terbanyak di dunia, pantainya terpanjang nomor dua stelah Kanada. Populasi terbanyak nomor ke empat setelah China, India dan Amerika.
Mayoritas penduduk muslim itu sangat diperhtiungkan, apalagi sejak Indonesia merdeka, itu kita menganut kebijakan politik bebas dan aktif termasuk anggota gerakan non blok di Asia-Afrika. Yang paling kuat pada saat itu ya, Presiden Soekarno, presiden pertama RI. Itu yang kuat menonjol gerakan non bloknya disitu,” terang Wibowo kepada awak media, Kamis (26/1).
Menurut dia, Presiden Soekarno memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi negara-negara asing. Sebab, dia merupakan satu-satunya pemimpin yang berani non blok dan bukan di antara konflik kapitalisme-komunisme. “Tapi justru Soekarno ini memanfaatkan konflik atau era perang dingin pada saat itu,” tambahnya.
Wibowo mengkalim, dirinya sebagai next Soekarno. Sebab, semua faham Soekarno ada dalam dirinya, sehingga sudah saatnya turun gunung.
“Iya (melanjutkan perjuangan soekarno) karena apa? Saya katakan, karena Bung Karno (panggilan Soekarno) itu guru politik saya. Jadi sudah waktunya saya untuk muncul. Dan kalau next Soekarno Iya, karena Soekarno itu masih ada, masih hidup karena ajarannya, ismenya masih hidup. Nah itu ada di jiwa raga saya,”aku dia.
Disinggung soal aturan sistem ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) atau usungan parpol? Wibowo yang juga editor jurnal di Kampus Syamsul Ulum ini mengakui adanya aturan main dalam Pilpres ini.
Namun dirinya meyakini bisa mencalonkan diri dengan meminta izin kepada rakyat Indonesia dan memohon keridhoan Allah Subhanu wa ta’ala.
“Saya tidak melihat kesana. Allah itu maha berkehendak. Saya juga maju di pilpres 2024 ini mohon izin kepada Rakyat bangsa Indonesia, mohon ridhonya dari Allah Subhanu wa ta’ala.
Semua kendalinya Allah, kalau Allah sudah kun fayakun, urusan selesai. presidential threshold 20 persen, nihil. Allah berfirman kun fayakun ya, jadi. Itu gimana terserah Allah,” tambah dia.
Namun demikian, dirinya tidak menutup kemungkinan, jika dikemudian hari digandeng partai manapun.
“Saya digandeng oleh partai manapun yang penting saya berpegang pada nasionalisme. Nasionalisme saya nasionalisme Soekarno, humanity, kemanusiaan. Maka dari itu saya akhir-akhir ini banyak konflik entah elit partai atau yang lain itu saya prihatin, kecewa, apa ini tidak bisa diredam.
Apa ini tdk bisa ditiadakan, saya tidak mau ada konflik seperti itu karena menguras energi, pikiran, tenaga, waktu tidak ada habisnya. Untuk apa?,” imbuh Wibowo.
Sementara itu, ditanya soal keinginannya dipinang PDI P, Wibowo akan menyambutnya dengan hangat. Apalagi banyak keturunan Soekarno yang berada di PDI P. “Kalau Allah berkehendak dipinang PDI P tidak ada salahnya.
PDI P memang lebih, sekarang PDI P kan number satu, karena jumlah kursinya lebih banyak. Mungkin lebih bagusnya PDI P. Satu itu cukup karena dalam ajaran agama Islam tidak ada koalisi adanya musyawarah,” pungkasnya. (cr4/t)