RADAR SUKABUMI – Trend rokok elektrik atau vape sudah cukup lama digandrungi berbagai kalangan di Indonesia. Terutama dari kalangan muda, baik pria maupun wanita.
Namun, mungkin tak banyak tahu soal efek dari kebiasaan mengisap vape tersebut. Sebagaimana sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Ohio State University Wexner Medical Centre.
Kemudian hasilnya ditemukan, bahwa kebiasaan mengisap vape atau vaping dapat memicu terjadinya bronkitis atau peradangan paru-paru. Menurut Mayo Clinic, penyebab dari bronkitis kronis atau jangka panjang adalah kebiasaan merokok elektrik.
“Sehingga penderita bronkitis bisa mengalami sejumlah gejala, seperti nyeri dada, mengi, sesak napas, serta batuk berdahak,” ungkapnya.
Dari studi tersebut, British Medical Journal ini menyebut bahwa 81 persen partisipan yang nge-vape, sebulan ke belakang rentan mengalami mengi.
Dikatakan juga, hal ini berpeluang lebih besar mengalami bronkitis. Beberapa gejalanya seperti batuk berdahak. Dan hidung tersumbat tanpa pilek atau hanya batuk, namun hal itu bisa berlangsung selama tiga bulan.
Dalam studi juga mengindikasikan perlunya pertimbangan regulasi mengenai rokok elektrik, kata peneliti Dr Alanya Tackett dilansir dari laman Express, Senin 21 Agustus 2023.
Menurut dia, regulasi yang berlaku saat ini tampak menyepelekan efek dari rokok elektrik atau vape terhadap kesehatan.
Padahal, ada beragam studi yang sudah menyoroti penggunaan vape dapat menimbulkan masalah pada gigi, paru-paru, hingga daya ingat.
Dia menambahkan seharusnya risiko bronkitis pada pengguna vape sebaiknya tak dianggap sepele. Sebab, jika diabaikan, kondisi ini bisa memicu komplikasi yang lebih serius seperti pneumonia dan gagal napas, pungkasnya. (*)