Mengapa Varian Omicron Menyebar Lebih Mudah?

dr. Riska Amalia Rahma
dr. Riska Amalia Rahma Dokter Internship RS Islam Assyifa Sukabumi

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Apa kabar Sahabat Assyifa? Sudah memasuki tahun ketiga sejak seluruh dunia dihadapkan pada pandemi COVID-19. Per 22 Februari 2022, sudah ada lebih dari 424 juta kasus konfirmasi di seluruh dunia yang tercatat oleh World Health Organization (WHO).

Bacaan Lainnya

Persentase kasus mingguan tercatat pernah mencapai 71% secara global (periode 27 Desember 2021-2 Januari 2022). Di Indonesia sendiri pandemi sudah mencapai gelombang ketiga dengan kasus harian pada 19 Februari 2022 mencapai 59.384 kasus, melebihi puncak kasus harian varian Delta tahun lalu.

Melonjaknya kasus konfirmasi salah satunya disebabkan oleh penyebaran varian lain dari virus COVID-19 yaitu Omicron. Varian ini dikatakan lebih mudah menyebar dibanding varian-varian sebelumnya. Apa yang menyebabkan hal tersebut?

Varian omicron pertama diumumkan oleh WHO pada 26 November 2021 sebagai Variant of Concern (VOC) atau varian yang menyebabkan peningkatan penularan dan kematian.

Mengutip penjelasan Maria van Kerkhove, pemimpin teknis untuk Program Keadaan Darurat Kesehatan WHO, beberapa hal yang menyebabkan penyebaran omicron lebih mudah adalah jumlah mutasi virus yang dimiliki oleh varian omicron dibandingkan dengan varian sebelumnya.

Jumlah mutasi virus yang banyak dan perubahan genetik menyebabkan virus lebih mudah melekat dan menginfeksi sel tubuh manusia, sehingga banyak orang akan semakin rentan terinfeksi. Selain itu, penyebaran yang mudah juga dikarenakan adanya immune escape, yang artinya seseorang dapat terinfeksi lagi walau pernah terinfeksi sebelumnya.

Dalam sebuah jurnal yang dirilis oleh Cellular dan Molecular Immunology pada Januari 2022 dikatakan bahwa imunitas yang dibangun setelah terpapar tidak cukup kuat dalam menetralisasi omicron.

Namun vaksin dapat membantu netralisasi virus menjadi lebih baik.

Hal selanjutnya yang menjadi faktor mudahnya penyebaran varian omicron adalah peneliti menemukan bahwa varian ini bereplikasi di saluran pernapasan bagian atas dimana berbeda dengan varian-varian sebelumnya yaitu di saluran pernapasan bagian bawah.

Kombinasi dari faktor-faktor tersebut memungkinkan varian omicron menyebar lebih mudah. Lebih lanjut Maria van Kerkhove mengatakan, dengan varian omicron, kemungkinan seseorang yang terpapar mengalami gejala berat menjadi lebih kecil, namun jumlah kasus yang muncul akan mencengangkan.

Bagaimana varian omicron menyebar?

Perlu diingat kembali bagaimana virus COVID-19 menyebar dari orang ke orang. Sama seperti varian-varian sebelumnya, omicron menyebar melalui droplet saluran pernapasan yang dapat dikeluarkan dari hidung ataupun mulut dalam jarak dekat ketika seseorang batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau mengeluarkan napas.

Sekret pernapasan juga dapat keluar sebagai cairan mukus ketika seseorang mengalami pilek. Hal ini disebut juga short-range transmission atau transmisi jarak dekat.

Partikel virus yang dikeluarkan dapat bertahan di udara, terlebih di tempat-tempat dengan ventilasi yang buruk seperti di dalam ruangan dimana biasanya banyak orang menghabiskan waktu.

Transmisi tersebut dinamakan long-range transmission atau transmisi jarak jauh. Selain itu, seseorang juga dapat terpapar virus dengan menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah menyentuh benda-benda di sekitar yang mungkin telah terkontaminasi virus.

Orang yang sudah terinfeksi, baik bergejala atau tidak, dapat pula menginfeksi orang lain. Pada kasus varian omicron, orang-orang yang bahkan telah divaksinasi pun masih dapat menyebarkan virus ke orang lain.

Mengetahui penyebaran varian omicron yang lebih cepat dan mudah, penting bagi kita untuk selalu menjaga diri masing-masing.

Sahabat, masih ingat kan dengan slogan 5M?

Yaitu memakai masker ketika di luar rumah atau di tempat umum, mencuci tangan menggunakan sabun dengan baik atau menggunakan hand-sanitizer, menjaga jarak dengan orang lain dengan anjuran jarak 1-2 meter, menjauhi kerumunan orang banyak untuk meminimalisasi kontak dengan orang yang terinfeksi, dan membatasi mobilitas dan interaksi bila dirasa tidak mendesak, di rumah saja lebih baik.

Selain itu yang dapat dilakukan adalah membuat ventilasi yang baik seperti membuka jendela ruangan, memperhatikan etika bersin dan batuk, serta segera dapatkan vaksinasi bila sudah terjadwal.

Sahabat Assyifa, mungkin banyak dari kita yang bertanya-tanya kapan pandemi ini akan menemukan akhirnya. Seluruh dunia masih terus berjibaku untuk setidaknya meredakan lonjakan kasus.

Banyak juga yang sudah terkuras baik mental maupun fisiknya. Semua pihak bahu-membahu mengusahakan yang terbaik untuk mengatasi pandemi ini.

Ada baiknya kita juga terus berikhtiar dengan mematuhi protokol kesehatan, menjaga diri sendiri, karena dengan menjaga diri masing-masing kita turut menjaga orang lain.

Selain itu tak lupa untuk terus berdoa kepada Tuhan, sehingga seimbang antara ikhtiar lahir dan batin. Semoga keadaan segera membaik ya, sahabat semua.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *