Workshop Ekonomi Sirkular : Kemasan PET Dinilai punya Nilai Lebih dibanding Galon Guna Ulang

Ekonomi Sirkular
WORKSHOP : Jurnalis yang Fokus pada Lingkungan Budiyanto dan Adin Putra Perdana, CEO & Co-Founder Pointtrash saat mengisi workshop Pengelolaan Sampah Berbasis Ekonomi Sirkular yang diselenggarakan di Kopi Bumi Jalan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Rabu (7/12/2022).(foto : ist)

SUKABUMI — Galon berbahan polyethylene terephthalate (PET) yang selalu baru galon dan isinya lebih memiliki nilai dibanding dengan galon isi ulang, hal tersebut terungkap pada saat workshop Pengelolaan Sampah Berbasis Ekonomi Sirkular yang diselenggarakan di Kopi Bumi Jalan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Rabu (7/12/2022).

Menurut Adin Putra Perdana, CEO & Co-Founder Pointtrash, pengunaan galon PET memang memiliki nilai lebih dibanding dengan galon isi ulang, pasalnya galon PET ini mudah didaur ulang kembali karena penggunaanya sekali pakai.

Bacaan Lainnya

“Kalau melihat isu ekonomi sirkular ini memang galon PET memiliki value (nilai) dibanding dengan Galon Isi ulang, bahkan banyak sumber kami yang menggunakan galon PET ini, jelas Adin.

Hal tersebut tentunya sejalan dengan Pointtrash Indonesia yang pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular. Meski Pointtrash berjalan baru 2 tahun tetapi dalam urusan pengeloaan sampah sudah hafal betul bagaimana cara memilah sampah dari sumber-sumber yang bisa didaur ulang atau tidak.

Dalam workshop yang dihadiri dari unsur mahasiswa dari kampus di Sukabumi, himpunan mahasiswa kemudian komunitas juga para guru yang peduli lingkungan serta jurnalis ini membedah ekonomi sirkular kedepan. Masyarakat yang tadinya memiliki prinsip Produksi, memakai dan membuang kini bisa beralih kepada ekonomi sirkular dengan memamfaatkan sampah dengan sebaik-baiknya menjadi nilai.

Dirinya juga menjelaskan, ketika sistem ekonomi linier Dengan prinsipnya produksi, memakai dan membuang, maka ekonomi linear akan menimbulkan krisis sumber daya.

“Misal Sumber daya materilnya, kertas dibuat dari pohon. Mungkin sumber daya alam yaitu pohon akan habis dibabat untuk bikin kertas baru, kalau kertas lama yang sudah dipakai tidak didaur ulang,” ujarnya.

Dengan prinsip ekonomi sirkular maka terjadilah sirkulasi perputaran dari sisi material, maka akan menjadi kekuatan untuk ketahanan. Karena materialnya tidak mengambil langsung dari alam lagi baik sumber daya mineral dan lain sebagainya. Pemilahan sampah ini dilakukan supaya veluenya muncul.

“Kalau mau nilai ekonomisnya muncul kita pilah dulu. Memilah sampah ini tak sulit, minimal ada 2 tempat sampah di rumah, tak mesti beli pakai saja karung bekas, sesederhana itu,” jelasnya.

Saat disinggung soal galon guna ulang, dirinya mengatakan berdasarkan informasi yang dirinya ketahui ternyata galon isi ulang ini sangat mudah Migrasi bahan kimia berbahaya Bisphenol A (BPA) ke dalam air mineral, antara lain karena penggunaan yang berulang-ulang. Masyarakat diimbau agar lebih cermat dan peduli pada kemasan galon guna ulang yang dibeli agar tetap dalam batas aman.

“Saya dengan saat ini sudah ada temuan yang mengkhawatirkan berdasarkan hasil survei BPOM. Hal ini berbeda dengan senyawa Ethylene Glycol (EG) pada plastik kemasan sekali pakai dari jenis Polyethylene Terephthalate (PET), yang sejauh ini belum ditemukan bukti adanya peluruhan yang mencemari air minum di dalam kemasan galon PET, “tutupnya

Sementara itu, Budiyanto, wartawan yang fokus mengenai isu lingkungan menyatakan sampah memicu berbagai persoalan, mulai dari penyakit hingga bencana. Dia menyatakan pemberitaan mengenai sampah kerap kali menjadi sorotan. Seperti kejadian pemulung di TPA di Sukabumi yang mengkonsumsi sayuran yang dibuang ke TPA tersebut.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *