Warga Diminta Tetap Mengungsi, Pergerakan Tanah Meluas

NYALINDUNG — Tim ahli Geologi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG) Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI meninjau lokasi pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Gunung Batu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung yang menyebabkan puluhan rumah rusak,  (29/4).

Dalam peninjauan tersebut, tim ahli geologi dari PVMBG meninjau sejumlah titik pergerakan tanah. Seperti rumah warga, lahan pesawahan dan akses Jalan Raya Nyalindung – Sagaranten yang terdampak bencana pergerakan tanah.

Bacaan Lainnya

Tim ahli geologi PVMBG, Eka Kadarsetia mengatakan, bencana pergerakan tanah di pemukiman penduduk tersebut dipengaruhi berbagai faktor. Di antaranya, kondisi bebatuan, tanah, kemiringan lereng hingga curah hujan yang tinggi serta tata guna lahan.

“Pergerakan tanah ini, terjadi karena adanya daya tarik tanah terhadap bumi. Salah satunya akibat faktor curah hujan yang tinggi. Sehingga, memicu terjadinya pergerakan tanah seperti ini,” jelas Eka.

Kuat dugaan pergerakan tanah tersebut, imbuhnya, akibat sifat tarikan dan rayapan cepat. Lantaran, saat tim ahli geologi dari PVMBG meninjau ke lokasi bencana, terdapat lembah yang di bawahnya sungai. “Kami sudah mengambil sample tanah dan bebatuan untuk dikaji di laboratorium,” timpalnya.

Saat ini, warga yang terdampak dari bencana pergerakan tanah itu harus tetap waspada dan mengungsi sementara ke tempat yang lebih aman. Terlebih, cuaca ekstrem saat ini berpotensi terhadap bencana susulan.

“Warga harus mengungsi untuk sementara waktu ke tempat lebih aman. Hal ini dilakukan hingga kawasan tersebut dinyatakan aman dari pergerakan tanah,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sukabumi, Maman Suherman mengatakan, saat ini kondisi retakan tanah di kampung tersebut semakin meluas. Meski tidak ada korban jiwa, namun akibat bencana tersebut, sebanyak 69 rumah rusak berat dan 40 rumah terancam.

“Selain itu, tanah bergerak itu mengakibatkan ruas Jalan Sukabumi-Sagaranten di kampung setempat anjlok dan mengancam 26 hektare lahan persawahan,” katanya.

Saat ini, sambung Maman, baru ada 354 jiwa terdiri dari 109 rumah dan 110 Kepala Keluarga (KK) yang sudah dievakuasi BPBD Kabupaten Sukabumi ke tempat lebih aman.

“Saat ini, kami tengah menunggu hasil kajian PVMBG. Setelah selesai, nantinya PVMBG juga akan mengkaji lagi lahan untuk relokasi puluhan KK sebagai korban pergerakan tanah,” pungkasnya. (den/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *