Produk Bambu Sukabumi Hadir di Kios CPUGGp Berkat Diklat PPSDM Geominerba

Diklat PPSDM Geominerba untuk pelaku UMKM produk bambu Sukabumi

SUKABUMI – Bambu Sukabumi menjadi salah satu alasan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) melalui PPSDM Geominerba menggelar pendidikan dan pelatihan pengembangan UMKM kepada masyarakat di kawasan Ciletuh Palabuhanratu Unesco Global Geopark (CPUGGp) Kabupaten Sukabumi. Diklat tersebut sengaja dilaksakan untuk mengembangkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di sektor geologi, mineral dan batubara.

“Diklat ini juga dilaksanakan untuk penyiapan tenaga kerja lokal dan membangun jiwa kewirausahaan, sehingga kedepan dapat menciptakan anggota masyarakat yang telah siap sebagai tenaga kerja dan mandiri dalam berusaha,” Kepala PPSDM Geominerba Bambang Utoro dalam siaran pers yang diterima Radar Sukabumi.

Bacaan Lainnya

Bambang Untoro menuturkna, pandemi Covid-19 memberikan dampak yang cukup besar untuk masyarakat pelaku UMKM sehingga diklat seperti ini sangat penting dilakukan. Melalui sinergi dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), PPSDM Geominerba mengadakan Diklat Masyarakat mengenai pelatihan pemanfaatan sumber daya alam bambu di sekitar lokasi Unesco Global Geopark Ciletuh yang kemudian bertajuk DEKRANAS Goes to Geopark.

“Pelatihan tersebut diselenggarakan pada tanggal 9-13 November 2021 di Sukabumi, diikuti oleh sebanyak 66 orang masyarakat yang merupakan anggota Asosiasi Dunia Bambu Sukabumi (DBS) maupun Non Anggota DBS dari 47 Kecamatan Kabupaten Sukabumi, dan 7 Kecamatan dari Kota Sukabumi,” beber Bambang.

DEKRANAS Goes to Geopark, jelas Bambang, diharapkan dapat membantu para pelaku UMKM untuk bangkit bersama menata kembali produksi kriya mereka. Kegiatan yang akan dilakukan terbagi dalam tiga kelompok, yaitu kelas haur, kelas tamiang dan kelas gombong.

“Kelas haur itu membuat kerajinan tas dari bambu ditambah bahan kain/kulit, pot bunga, dan toples. Kalau kelas tamiang membuat anyaman mulai dari tas anyaman, tempat koin, dan tempat lilin. Nah, untuk kelas gombong, membuat kerajinan perlengkapan hotel, perlengkapan kamar mandi, dan lampu tidur,” beber Bambang.

Tak hanya membuat kerajinan, para peserta juga dibekali materi terkait membangun usaha dengan kreativitas. Selain itu, para peserta juga dibekali dengan pengenalan wawasan geopark dan pengenalan dunia bambu Sukabumi, dulu, kini dan masa yang akan datang.

Untuk membuat produk kerajinan bambu lebih menarik lagi, imbuh Bambang, para peserta juga akan dibekali dengan teknik fotografi, sehingga menghasilkan foto produk yang dapat membuat orang tertarik membelinya. Karena foto produk merupakan salah satu aspek penting saat berjualan baik secara langsung maupun online, meskipun dengan perangkat yang minim.

“Penyelenggaraan Diklat Pengembangan UMKM di Kawasan UGGp Ciletuh ini diharapkan dapat meningkatkan variasi produknya, tidak terbatas pada bambu saja, tetapi dapat dikombinasikan dengan material atau bahan lainnya seperti kain, rotan, dan lainnya. Sehingga produk-produk yang dihasilkan semakin bervariasi, berkualitas, kapasitas produksinya meningkat, hingga jangkauan pemasarannya semakin luas lagi tak hanya dalam negeri tapi sampai ke luar negeri,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Dunia Bambu Sukabumi (DBS) Agus Ramdhan mengatakan, potensi sumber daya alam bambu dari Sukabumi sangat luar biasa jika berhasil dikembangkan. Namun untuk bisa mencapai tingkatan tersebut ada banyak pekerjaan yang harus dipenuhi, salah satunya teknologi tepat guna.

“Peluang bambu di kabupaten dan kota Sukabumi sebenarnya luar biasa, apalagi ditunjang oleh SDM pengrajinnya, apapun bisa. Yang menjadi kelemahan kita, dari pelatihan-pelatihan apa yang sudah menjadi produk kurang dalam daya saing. Ditambah lagi kita belum tersentuh teknologi tepat guna,” kata Agus.

Untuk itu, Agus berharap dari diklat yang digagas oleh KESDM PPSDM Geominerba untuk pelaku UMKM dan pengrajin bambu, produk yang dihasilkan dapat terakomodir dengan baik. “Kita sudah bekerjasama dengan badan pengelola Geopark Ciletuh. Ada empat kios yang sudah disiapkan. nantinya produk hasil dari pelatihan kita sebar di kios yang sudah ada di sana,” sebutnya.

Asosiasi DBS sendiri, kata Agus lagi, sudah melakukan beberapa langkah terkait pengembangan potensi bambu di Sukabumi. Salah satunya adalah dengan mendata berapa luas pohon bambu, berikut jumlah jenis, pengrajin dan produsen dari industri bambu tersebut. Dari 47 kecamatan di kabupaten Sukabumi dan 7 kecamatan di kota Sukabumi, DBS telah memberikan mandat kepada 20 kecamatan untuk ditugaskan melakukan pendataan tersebut.

“Perlu saya katakan juga bahwa bambu Sukabumi itu sudah terkenal, bahkan di seluruh dunia. Bahwa bambu yang kualitasnya paling baik itu di Indonesia. Di indonesia itu ada di Jawa Barat, nah di Jawa Barat itu ya ada di Sukabumi,” tegasnya.

“Jadi dari diklat ini, harapan pengrajin bahwa sebenarnya produk bambu kita sudah layak jual, tinggal tentukan harga pokok produksi (HPP). Seingga kita bisa bersaing dengan daerah lain,” tuntas Agus. (izo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *