Melihat Geliat Pengrajin Gula Aren di Masa Pademi Covid-19

DIMASAK : Istri Nurjani (59) di Kampung Pasir Dulang, Desa/Kecamatan, Gegerbitung, saat memasak air nira dari pohon aren untuk di olah menjadi gula aren alami, Selasa (29/12).

Sebagian besar warga di kampung ini mengandalkan produksi gula aren untuk mendapatkan penghasilan dan membiayai hidup. Keahlian menyadap atau mengambil air nira bahan gula aren didapatkan secara turun-temurun dan menjadi andalan selama pandemi corona.

“Awal mulayanya saya belajar dari kakek dan mencoba membuat gula aren alami ini, hanya satu gandu. Iya, kalau sampai sekarang sudah ada sekitar 30 tahun menggeluti pembuatan gula aren itu,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Proses pembuatan gula arena, ujar Nurjani, sebenarnya tidak mudah. Air nira yang diambil dengan cara khusus dari pohon aren membutuhkan waktu sampai 7 jam untuk dimasak sampai dicetak menjadi gula aren. “Kalau mulai pembuatan gula aren dengan cara dimasak, butuh waktu dari pagi sampai sore hari. Pengambilan air nira di pohon aren biasa diambil dua kali sehari, yakni pagi dan sore hari,” ujarnya.

Menurutnya, gula aren Kedusunan Bongas ini terbilang mudah dipasarkan, karena sudah dikenal asli berbahan gula aren tanpa campuran bahan lainnya, apalagi zat kimia. Biasanya, pembeli ada yang langsung mendatangi rumah-rumah warga pembuat gula aren dan kemudian dipasarkan di pedagang langganan baik warung maupun pasar-pasar terdekat.

“Kalau penjualan langsung bisa terjual tiap harinya. Kalau pedagang di pasar-pasar biasanya langganan. Mereka pedagang langganan yang biasanya untuk dijual kembali ke pembeli di pasar melalui para tengkulak,” bebernya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *