Lahan Pesawahan Mulai Mengering

JAMPANGTENGAH – Para petani di Desa Tanjungsari, Kecamatan Jampangtengah mengeluhkan tidak maksimalnya sistem pengairan di atas lahan pertanian.

Warga pun berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi, segera memperbaiki saluran irigasi yang dinilai sudah tidak layak.

Bacaan Lainnya

Informasi yang dihimpun Radar Sukabumi, karena saluran irigasi tidak berjalan maksimal, musim hujan yang sudah datang membuat sawah-sawah warga petani masih tetap tidak terairi. Mereka khawatir, lahan pesawahan yang baru saja ditanami kembali rusak akibat tidak teraliri air.

Seorang petani, Hadna (63) warga Kampung Bantarsari, RT 2/3, Desa Tanjungsari mengatakan, puluhan hektar lahan pesawahan di Desa Tanjungsari mulai mengering karena tidak adanya sistem pengairan.

Hal ini terjadi karena saluran irigasi Leuwikadu rusak setelah tergerus longsor.

“Amblasnya irigasi Leuwikadu sudah berlangsung sekitar satu bulan lalu, dampaknya ratusan hektar lahan pesawahan tidak maksimal ditanami karena tidak teraliri air,” jelas Hadna kepada Radar Sukabumi, Selasa (24/10).

Menurut Hadna, tidak adanya sumber air yang dapat mengairi sawah dan sarana irigasi yang tidak maksimal dibangun merupakan kendala bagi petani dalam memaksimalkan pengelolaan lahan pertaniannya.

“Warga sudah bergotong royong memperbaiki irigasi Leuwikadu itu. Namun, sekitar tiga minggu terakhir saluran irigasi tersebut kembali jebol. Irigasi itu tergerus longsor sepanjang 20 meter dengan ketiggian sekitar 1,5 meter,” ucapnya.

Ia mengatakan, sawah petani tidak dapat dimanfaatkan menjadi sumber ekonomi warga dalam meningkatkan kesejahteraannya.

Oleh karena, itu warga berharap agar ada solusi dari pemerintah dalam menyelesaikan sawah petani di Desa Tanjungsari yang hanya mengandalkan hujan atau sawah tadah hujan, agar petani dapat menanam dua kali dalam setahun.

“Biasanya kami menuai hasil panen padi sebanyak satu ton dengan luas sawah sekitar 15 are. Namun, karena pasokan air tidak maksimal, kami hanya bisa memanen lima kwintal saja. Bahkan, pada musim kemarau kemarin, petani di Desa Tanjungsari banyak menganggur karena lahan pesawahan tidak dapat dikelola akibat tidak didukung dengan sarana pengairan,” katanya.

Keluhan serupa dilontarkan Oding (49), warga Kampung Cigarung, RT 1/7, Desa Parakanlima, Kecamatan Cikembar.

Menurutnya, akibat tidak maksimalnya saluran irigasi, telah berdampak pada lahan pesawahan warga menjadi tidak maksimal. Bahkan, terdapat beberapa lahan yang kondisinya retak-retak.

“Saat ini, kita lagi musim semi padi. Ya, baru ada tiga mingguan ditanami. Akibat tidak ada pasokan air, tumbuhan padi pada bagian daunnya banyak yang menguning,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Tanjungsari, Dillah Hablillah membenarkan kondisi itu. Menurutnya, akibat seringnya saluran irigasi Leuwikadu jebol menyebabkan ratusan hektar lahan pertanian padi terancam gagal panen.

“Sebanyak 1.179 hektare lahan pertanian padi di Desa Tanjungsari tidak teraliri air secara maksimal. Karena irigasi untuk mengairi lahan pertanian padi jebol saat dilanda hujan deras,” bebernya.

Pemerintah Desa Tanjungsari, sudah berupaya memperbaiki saluran irigasi, melalui swadaya masyarakat.

“Ada dua pekan terakhir kami bangun irigasi yang jebol itu menggunakan semen sebanyak 48 sak. Namun, saat hujan deras pada beberapa waktu yang lalu, irigasi kembali jebol. Berdasarkan pantauan pemerintah desa, ada tujuh titik di saluran irigasi Leuwikadu yang sudah ambruk,” imbuhnya.

Saluran irigasi Leuwikadu yang memiliki panjang sekitar 12 kilometer ini, untuk mengairi lahan pesawahan padi ditiga desa.

Diantaranya, Desa Wangunreja, Kecamatan Nyalindung dan Desa Tanjungsari serta Desa Sirnaresmi Kecamatan Jampangtengah.

“Saluran irigasi ini, merupakan satu-satunya akses air untuk lahan pertanian padi di tiga kedusunan, diantaranya Kedusunan Leuwiding-ding, Cijambe dan Kedusunan Bantarsari,” pungkasnya. (cr13/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *