Kreativitas Warga Cikembar Mengolah Limbah Tempurung Kelapa

Ujang Boret (52) warga Kampung Babakan, RT 3/8, Desa Parakanlima, Kecamatan Cikembar, bersama salah seorang perangkat Desa Parakanlima, saat memperlihatkan hasil karajinan tempurung kelapa.

“Yang melihat bilang lampu hias buatan saya artistik. Bahkan, pada beberapa bulan lalu, ada salah seorang warga dari Kecamatan Jampang Kulon sengaja datang kesini untuk membeli aneka miniatur kerajinan dari tempurung kelapa.

Ya, katanya untuk di jadikan pameran dalam event-event,” bebernya.

Bacaan Lainnya

Karena hasilnya menarik, ujar Ujang, tidak sedikit warga dari luar daerah Sukabumi sengaja menyambangi rumahnya tersebut untuk memesan hasil kerajinannya tersebut.

“Dari situ saya bertekad menekuni kerajinan batok kelapa ini. Ya, sekitar tahun 2010 saya bergelut dalam bidang kerajinan,” imbuhnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, langkah pertama dalam pembuatan kerajinan batok kelapa, ia terlebih dahulu telah membersihkannya dengan menghapus daging kelapa. Setelah itu, cangkang kelapa dikeringkan di bawah sinar matahari.

Selain itu, diampelas sampai permukaan halus dan serat yang terlihat. “Kemudian, diukir dalam berbagai motif, seperti tanaman, hewan dan boneka.

Untuk membuat kerajinan batok kelapa bisa menghabiskan waktu berhari-hari, tergantung tingkat kesulitan dari motifnya. Misalnya saja, kalau untuk membuat teko, dalam sehari juga sudah beres.

Tetapi untuk kerajinan membuat mobil-mobilan dalam proses pengerjaannya bisa memakan waktu sampai tiga hari. Ya, kalau di jual kami pasarkan sekitar Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per unitnya,” imbuhnya.

Kepala Desa Parakanlima Beben Subeni mengatakan, bahwa tempurung batok kelapa bisa disulap menjadi cantik dan menarik sebagai karya seni. Berbagai macam produk yang unik dapat dibuat sesuai kebutuhan dari batok kelapa.

“Pak Ujang ini membuat kerajinan dari tempurung kelapa, biasanya di pakai untuk papan nama, ada kap lampu, celengan, kotak tisu, dompet, topeng, berbagai aksesoris, tas dan dekorasi interior,” katanya.

Sementara untuk ukuran kerjinan miniatur batok kelapa, sambung Beben, sangat bervariasi.

“Tentu kreatifitas dalam kerajinan ini, harus menjadi contoh untuk di tiru oleh warga lainnya. Karena barang yang dianggap sepele ini, bisa disulap menjadi barang seni dengan bernilai ekonomi,” pungkasnya. (*/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *