“Kami upayakan sambil berkoordinasi dengan pihak terkait. Akan dikembangkan seperti diadakannya homestay,” ujar Deden.
Soal sektor industri, Deden mengatakan masyarakat Parungkuda memiliki daya kreatifitas dalam menyulap limbah menjadi produk yang bernilai rupiah. Sebut saja seperti kaset, hiasan dinding rumah, maupun boneka. Terbaru, di Kecamatan Parungkuda sedang digiatkan budi daya jamur tiram putih, tepatnya di Desa Langensari.
“Potensi ini bisa dibilang menjanjikan. Maka dari itu kami lakukan pelatihan bagi warga. Dan soal budi daya jamur, saya berharap tidak hanya dijual mentah, tapi bisa diolah menjadi produk sehingga memiliki nilai tambah,” kata Deden.
Parungkuda kian potensial dan seksi. Ini ditunjuang dari teritorinya yang berada dekat dengan gerbang keluar Tol Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi). Sehingga membuat pengembangan infrastruktur di Parungkuda fokus terhadap akses jalan, pengairan sawah atau irigasi, dan taman terbuka hijau.
“Parungkuda bisa menjadi pusat transit yang berimbas dari sisi ekonomi. Misal wisatawan yang akan ke Palabuhanratu atau ke Geopark Ciletuh,” ucap Deden. (izo)