APINDO: TikTok Shop Cs Ancam Pabrik di Sukabumi Gulung Tikar 

Apindo Kabupaten Sukabumi
Ketua DPK Apindo Kabupaten Sukabumi, Sudarno dan Wakil Ketua I Sektor Industri Padat Karya DPK APINDO Kabupaten Sukabumi

SUKABUMI – Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kabupaten Sukabumi mengeluarkan pernyataan yang menyoroti praktik jual barang murah atau predatory pricing di social commerce TikTok Shop Cs.

Fenomena tersebut telah membahayakan industri olahan tekstil di Kabupaten Sukabumi, bahkan dengan potensi bangkrut.

Bacaan Lainnya

Wakil Ketua I Sektor Industri Padat Karya DPK APINDO Kabupaten Sukabumi, David FC Dharmadjaja, ST., M.Comm kepada Radar Sukabumi mengatakan, sebelumnya, pasar tradisional seperti Pasar Tanah Abang juga telah terdampak oleh perpindahan pembelian secara online.

Masalah lainnya adalah saingan produk lokal di pasar online, yang dijual dengan harga jauh lebih murah dari harga produk yang dijual di toko konvensional.

Namun, menurut APINDO, masalah ini bukan sepenuhnya akibat platform social commerce seperti TikTok Shop Cs

“Kami merasa regulasi impor yang harus dikaji, dimana memungkinkan banyak barang impor mengalir ke Indonesia. Industri tekstil dan konveksi terkena dampak karena harga-harga yang ditawarkan di TikTok Shop Cs tidak masuk akal jika dibandingkan dengan harga produk lokal yang diproduksi secara langsung di pabrik,” kata David kepada Radar Sukabumi pada Kamis (28/09).

Untuk itu, APINDO menekankan perlunya pemerintah untuk mengatur regulasi impor yang lebih ketat dan memberikan kebijakan pajak yang menguntungkan industri padat karya.

Selain itu, APINDO juga menyampaikan bahwa kesenjangan antara industri padat karya dan industri impor harus diatasi dengan memberikan kemudahan akses terhadap mesin baru, keringanan pajak, dan bahan baku yang terjangkau.

Selama pandemi COVID-19, industri tekstil di Kabupaten Sukabumi telah dirasakan dampaknya. Sejauh ini, sekitar 24.000 orang karyawan telah kehilangan pekerjaan, meningkat dari sebelum resesi ekonomi global yang mencapai 19.000 karyawan.

“APINDO tengah melakukan survei untuk melihat kapasitas produksi sebelum dan setelah pandemi, serta keberlanjutan order selama 3 hingga 6 bulan ke depan,” paparnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *