Pemprov Jabar Fokuskan Tes Masif di Pasar tradisional, Destinasi Wisata, Stasiun atau Terminal

BANDUNG – Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar akan memfokuskan pengetesan masif di tiga zona, yakni pasar tradisional, destinasi wisata, dan stasiun atau terminal. Sebab, potensi sebaran COVID-19 di tiga zona itu tergolong besar.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar Ridwan Kamil melaporkan, sebanyak 69 dari 1.540 pelaku perjalanan di Kawasan Puncak reaktif rapid test. Pengetesan tersebut berlangsung di lima titik selama dua hari, Sabtu- Minggu 20-21 Juni 2020

Bacaan Lainnya

“Sehingga, saya mengimbau masyarakat untuk menahan diri. Kami akan terus meningkatkan kewaspadaan. Mereka yang reaktif akan di-follow up dengan swab test,” kata Kang Emil dalam jumpa pers di Makodam III/Siliwangi, Kota Bandung, Senin (22/6/2020).

Kang Emil mengatakan, sudah 70 persen kegiatan ekonomi hingga saat ini. Meski begitu, kata ia, sebaran COVID-19 masih terkendali. Hal itu terlihat dari angka reproduksi efektif (Rt) COVID-19 Jabar yang konsisten berada di bawah 1.

“Angka rata-rata reproduksi (COVID-19), Alhamdulillah di bawah 1. Setiap minggu kami melaporkan. Minggu ini memang ada kenaikan di 0,9. Tapi kalau rata-rata selama dua minggu, (Rt) kami ada di 0,68,” ucapnya.

Menurut Kang Emil, protokol kesehatan AKB sudah mulai diterapkan dalam kegiatan ekonomi, seperti yang terpantau di sejumlah pasar tradisional, dan destinasi wisata.

“Minggu ini, kami juga mendapati ekonomi sudah bergerak. Monitoring dari kami, protokol-protokol kesehatan. Kami meninjau di KBB, di Pangandaran sempat, dan di Kabupaten Bandung, dari mulai kedatangan sudah mulai melakukan pengetesan suhu, antrean berjarak, penjualan tiket online,” ucapnya.

Kang Emil melaporkan, selama kegiatan ekonomi dibuka, pergerakan lalu lintas meningkat. “Itu menandakan pergerakan ekonomi sudah terjadi, dan kita berharap di akhir Desember ekonomi Jawa Barat tidak seperti yang diprediksi terburuk, yaitu di bawah nol, tapi kita masih bisa ada diangka 2 sampai 2,5 persen,” katanya.

Berdasarkan hasil kajian Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, sektor jasa mengalami penurunan mencapai 4,8 persen, dan sektor industri manufaktur menurun 4,2 persen, akibat pandemi COVID-19.

“Pertanian terkoreksinya hanya 0,9 persen. Menandakan pertanian ini tangguh selama COVID-19. Apalagi, dikombinasi dengan perdagangan digital. Maka, ekonomi masa depan, menurut saya, adalah balik kanan lagi ke bidang pertanian. Tapi dengan 4.0. Itulah masa depan Jawa Barat yang akan kami skenariokan,” ucapnya.

“Sehingga, kepada milenial yang baru lulus, melihat COVID-19 begini mending tinggal di desa, tapi rezeki kota, dan bisnis mendunia. Jauh dari penyakit, tapi dekat dengan rezeki,” tambahnya. (Pun)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *