Timbul Benjolan di Rongga Mulut dan Leher, Apakah Berbahaya?

dr.Bajuadji, SpB (K) Onk
Dokter Spesialis Bedah (Konsultan Kanker) Mayapada Hospital Bogor BMC, dr.Bajuadji, SpB (K) Onk

BOGOR — Timbulnya benjolan di area rongga mulut atau leher sering kali menimbulkan keresahan dan kebingungan di masyarakat. Berbagai pertanyaan muncul ketika seseorang mengalami hal ini. Apakah berbahaya? Bagaimana cara mengatasinya?

Dokter Spesialis Bedah (Konsultan Kanker) Mayapada Hospital Bogor BMC, dr.Bajuadji, SpB (K) Onk, menuturkan timbulnya benjolan di rongga mulut atau leher bisa diakibatkan oleh infeksi, tumor jinak, maupun tumor ganas.

 “Infeksi terbagi dua yakni infeksi spesifik dan non spesifik. Infeksi spesifik biasanya karena penyakit TBC sedangkan non spesifik karena bakteri atau virus,” imbuh dr.Bajuadji.

 Untuk mengetahui penyebab pastinya, ia mengatakan perlu adanya pengambilan sampel jaringan tumor (biopsi) untuk diuji di laboratorium. Selain itu pemeriksaan secara klinis juga dilakukan kepada penderita untuk mengetahui penyebab adanya benjolan.

 Apabila disebabkan oleh infeksi spesifik, gejala yang dirasakan di antaranya disertai mengalami batuk serta ditemukan riwayat penderita TBC di keluarganya.

 Gejala yang dirasakan apabila disebabkan infeksi non spesifik yaitu adanya kemerahan pada benjolan, mengalami batuk dan pilek, serta memiliki riwayat infeksi.

 “Kalau tumor jinak biasanya penderita tidak mengalami sakit pada benjolan. Ukuran benjolan pun tidak bertambah besar, dan tidak mengalami penurunan berat badan,” tuturnya.

 Sedangkan apabila disebabkan tumor ganas penderita mengalami gejala sesak nafas, gangguan suara, mengalami nyeri pada area benjolan, ukuran benjolan bertambah besar dengan cepat, serta memiliki riwayat tumor ganas di keluarganya.

 dr.Bajuadji menuturkan potensi penderita mengalami tumor ganas pada benjolan leher hanya sebesar 3 persen. Kebalikannya, potensi penderita mengalami tumor ganas pada benjolan di rongga mulut sangat besar mencapai 85 persen.

 Untuk menghindari kondisi yang lebih parah, ia menyarankan seseorang yang mengalami benjolan pada rongga mulut atau leher untuk sesegera mungkin memeriksa dan mengkonsultasikannya ke dokter.

 “Ketika sudah merasa bertambah besar benjolannya kemudian sulit menelan, sulit makan dan minum serta bernafas sebaiknya segera konsultasi supaya dilakukan USG dan biospsi,” terangnya.

 Dengan begitu dokter dapat menetapkan diagnosa serta penanganan yang tepat. Diagnosa sedari dini juga dinilainya dapat memperbesar upaya penyembuhan.

 dr.Bajuadji menjelaskan apabila disebabkan oleh tumor ganas maka penanganan yang dilakukan ialah operasi pengangkatan tumor serta kelenjar getah bening pada sisi yang sakit.

 Penanganan kedua yang dilakukan yakni pemeriksaan imunohistokimia untuk menentukan terapi kemoterapi yang sesuai. Hal ini diterapkan agar sel kanker yang terlanjur tersebar ke organ lain dapat terbunuh secara sistemik.

Tindakan ketiga yang dilakukan yakni radioterapi untuk membunuh sel kanker yang terdapat pada area yang sakit.

Namun apabila disebabkan oleh infeksi non spesifik pasien hanya akan diberikan obat antibiotik selama 7-14 hari. Sedangkan pasien infeksi spesifim karena penyakit TBC harus minum obat TBC selama 9-12 bulan secara rutin.

dr.Bajuadji menuturkan munculnya benjolan pada rongga mulut 85 persen diakibatkan oleh faktor genetik, sedangkan 15 persennya dari faktor lingkungan.

“Faktor lingkungan itu seperti kebiasaan makan makanan suhu panas dilanjutkan dengan minum dingin, makan makanan yang dibakar, merokok, minum alkohol, tidak terjaganya rongga mulut, pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai, dan patahan gigi. Rongg mulut yang teriritasi secara terus menerus membuat luka tidak sembuh dan memicu keganasan,” papar Bajuadji.

Munculnya benjolan pada leher diakibatkan rendahnya daya tahan tubuh seseorang sehingga dengan mudah terserang tumor jinak maupun kelenjar getah bening. Benjolan di leher juga dapat disebabkan adanya tumor di kelenjar tiroid.

Penyakit tiroid terjadi ketika kelenjar tiroid mengalami perubahan bentuk serta menghasilkan hormon tiroid yang terlalu sedikit (hipotiroidisme) atau terlalu banyak (hipertiroidisme)

Maka dari itu ia menegaskan perlu adanya pemeriksaan sejak dini agar masalah ini dapat ditangani pada stadium awal. Hal ini penting sebelum terjadi komplikasi seperti kebutaan, gangguan jantung, kerapuhan tulang, atau depresi.

Mayapada Hospital BMC Bogor menyediakan pelayanan skrining tiroid mulai dari Rp1.500.000. Skrining ini sudah termasuk konsultasi fokter spesialis bedah konsultan onkologi, prmeriksaan USG tiroid, dan Laboratorium TSHs, FT3, FT4.

Pelayanan tersebut berlaku di semua unit Mayapada Hospital dan berlaku hingga Desember 2022. (adv/tur)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *