Berternak Madu Trigona Jadi Primadona Petani Milenial Sukabumi, Hendar Darsono Kembali Beri Apresiasi

MENUNJUKAN : Adi Wiriadi (38) saat menunjukan hasil madu trigona miliknya dengan merk Adilia Bee disalah satu kebun budidaya lebah madu trigona
MENUNJUKAN : Adi Wiriadi (38) saat menunjukan hasil madu trigona miliknya dengan merk Adilia Bee disalah satu kebun budidaya lebah madu trigona

SUKABUMI — Beternak madu trigona merupakan primadona bagi salah satu petani milenial di Sukabumi, betapa tidak dengan berternak madu secara tidak langsung menabung pundi-pundi penghasilan dalam setiap bulannya, meski dengan memiliki pekerjaan lain.

“Beternak madu seperti memelihara tuyul, kita tinggal menunggu panen saja. Mengurusnya juga tidak susah. Sebulan sekali setiap bulan purnama tinggal kita panen, tidak perlu kasih makanan langsung, mereka cari sendiri. Kami sediakan makanan mereka dengan menanam pepohonan yang mereka suka, “cetus Adi Wiriadi (38) mengalami pembicaraan pada Selasa (26/09/2023).

Bacaan Lainnya

Apa yang dilakukan dirinya saat ini merupakan hasil dari pelatihan yang dilakukan bersama-sama di komunitas petani melenial. Adi yang merupakan ketua Asosiasi pelebahan Indonesia cabang Sukabumi saat ini memang terus memotivasi agar teman-temannya terus berinovasi.

“Saya sebelumnya kerja bantu-bantu perusahaan kontraktor. Saat ada program petani milenial dari pemprov jabar saya coba ikut. Saya tertarik dengan dengan madu trigona, beternak lebah trigona,”jelasnya

Memanfaatkan lahan kurang lebih 2 are dari kebun keluarga, Adi memulai usaha madu trigona dengan bantuan bibit 20 stup lebah trigona dari pemerintah. Harga madu trigona saat ini kurang lebih Rp 70 ribu per botol 120 ml.

“Budidaya sangat mudah, lebahnya bersahabat, kita tinggal tanam banyak pohon buah dan bunga, khususnya tanaman AMP (air mata pengantin) yang menjadi makanan pokok lebah trigona,” beber Adi.

Dengan potensi harga jual tinggi, madu trigona juga mendorong perbaikan lingkungan. Lebah trigona menyukai lingkungan yang memiliki vegetasi rapat, artinya pembudidaya harus lebih banyak bercocok tanam, sehingga alam lestari.

Adi kini tengah mengajak anak muda dan warga di Cisero untuk mulai memperbanyak stup dan koloni lebah trigona di pekarangan rumah atau kebun masing-masing. Ia memastikan jika koloni lebah trigona sudah terbangun dengan baik, maka kemampuan produksi juga akan meningkat.

MENUNJUKAN : Adi Wiriadi (38) saat menunjukan hasil madu trigona miliknya dengan merk Adilia Bee disalah satu kebun budidaya lebah madu trigona
MENUNJUKAN : Adi Wiriadi (38) saat menunjukan hasil madu trigona miliknya dengan merk Adilia Bee disalah satu kebun budidaya lebah madu trigona

“Pemeliharaannya mudah. Modalnya pun tak banyak, bahan untuk stup atau sarang lebah bisa dari apa saja. Hanya butuh beli botol plastik udah wadah madu. Ini jadi tabungan bulanan yang menarik. Sambil bertani sayur, padi, berkebun ataupun aktivitas lainnya, kita juga bisa panen madu trigona setiap bulan” beber Adi.

“Harapannya lebih banyak warga yang ikut melestarikan dan menjaga alam sambil menabung rupiah dengan budidaya madu trigona di lingkungan masing-masing,” tegas Adi.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, bahwa saat ini juga dirinya bersama temannya Dani sudah diberikan akses dari IPB di hutan pendidikan Gunung Walat untuk mengembangkan Madu Trigona.

“Saat ini juga kami sudah berjalan kerjasama dengan hutan pertanian IPB Gunungwalat dalam mengembangkan budidaya madu trigona ini, “jelasnya.

Namun, saat ini dirinya memiliki keterbatasan koloni untuk meningkatkan produksi madu tersebut. Dirinya berharap ada dorongan bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan madu trigona di hutan pendidikan IPB.

“Produksi saat ini memang masih sedikit, karena itu tadi kami keterbatasan koloni lebahnya. mengembangkan madu jenis ini memang memerlukan waktu yang cukup lama, bisa sampai satu tahun. “tukasnya.

“Kalau harga satu koloni jenis madu Itama ini per koloni bisa sampai Rp1,5 Jutaan, kalau membudidaya sampai menjadi koloni baru bisa sampai satu tahun, “terangnya.

Meski begitu, dirinya bersama teman-temannya mengajak para pemuda untuk terus berinovasi dan jangan patah semangat meski dalam keterbatasan. “Intinya kalau mau terjun, jangan pernah takut gagal, gali potensi yang ada, Eksplorasi apa yang mau dikembangkan, setiap kesulitan pasti ada kemududahan dan perbanyaklah relasi, “tukasnya.

Menanggapi hal tersebut Anggota Komisi II DPRD Jabar Hendar Darsono mengapresiasi dengan inovasi yang dibuat oleh para pemuda-pemuda yang tergabung dalam petani milenial tersebut

“Ya tentu saya mengapresiasi para petani milenial ini, saya harap kedepan ini menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat. Pasalnya dengan mengembangkan madu jenis Trigona ini juga secara tidak langsung menjaga alam, pasalnya bagi pembudidaya madu ini tentu membutuhkan vegetasi yang harus lebat dengan pepohonan, “terangnya.

“saya juga pernah bertemu dan berdiskusi dengan anak muda yang keren itu. Para petani millennial, melestarikan hutan dan mengoptimalkan potensi kehutanan, seperti madu trigona,”tambahnya.

Data dinas mencatat permintaan madu di pasar domestik Jawa Barat sangat besar. Bahkan hasil madu yang dikembangkan di Jawa Barat sendiri masih belum bisa memenuhi permintaan pasar.

Menurutnya, Petani millennial adalah program percepatan regenerasi sektor pertanian yang menjadi lokomotif pembangunan di Jawa Barat. Dinas Kehutanan Jawa Barat mengoptimalkan potensi ekonomi dari pembudidayaan lebah madu lewat Program Petani Milenial.

Untuk itu dibangun komitmen mengembangkan produk hutan non kayu ini agar produktivitasnya bisa terus meningkat. Lewat program Petani Milenial, mereka dilatih bagaimana memproduksi madu yang baik, sehingga bisa tercapai ‘hidup di desa, rezeki kota, bisnis mendunia.

Sektor budidaya lebah madu memiliki peningkatan yang signifikan, dibanding dengan produk hasil hutan non kayu lainnya, seperti jamur kayu, bambu, sutra, kayu putih dan getah pinus.(adv)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *