Warga Cikangkung Mandi Air Campur Sampah

hWarga Kampung Cikangkung RT 04/02, Desa Sukajadi, terpaksa memanfaatkan air kotor bercampur sampah untuk kebutuhan MCK

RADARSUKABUMI.com – Kampung Cikangkung RT 04/02, Desa Sukajadi, Kecamatan Karangtengah, terpaksa menggunakan air sungai yang kotor dan bau untuk keperluan sehari-hari. Walaupun rawan menimbulkan penyakit, masyarakat tetap menggunakannya karena tidak ada pilihan lain.

Air kotor berwarna hijau yang bercampur sampah di Kali Cirata sudah tiga bulan digunakan sekitar 200 warga untuk keperluan mandi dan mencuci. Hal itu terjadi setelah wilayah itu mengalami krisis air bersih sejak musim kemarau ini.

Bacaan Lainnya

Kepala Kampung Cikangkung RT 04/02, Desa Sukajadi, Jai (60) memgaku, dirinya sudah terbiasa menggunakan air kotor dari Kali Cirata.

“Saya sudah biasa mandi di sini, meski banyak sampah di pinggir tempat saya mandi, kalau ada sampah mengambang kami ke pinggirkan dulu,” katanya, Selasa (8/10/19).

Jai mengatakan, jika dirinya datang ke Kali Cirata, selain untuk keperluan mandi, juga sambil mengambil air untuk keperluan lainnya di rumah.

“Sekalian mandi, sekalian mengambil air untuk di rumah,” kata Jai.

Hal senada juga disampaikan Nenti (30), warga lainya. Setiap hari ia datang ke Kali Cirata yang jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari rumahnya untuk keperluan mandi dan mencuci di pinggir kubangan air berwarna hijau yang bercampur sampah tersebut.

“Mau dimana lagi, kami terpaksa menggunakan air hijau bercampur sampah ini, di sini semua warga sudah kesulitan air bersih,” kata Nenti.

Nenti mengaku, anak-anaknya juga sering menggunakan air tersebut untuk mandi. Sampai saat ini, kata Nenti, belum ada anggota keluarganya yang terserang gatal-gatal atau keluhan pengakit kulit.

“Saya berharap ada bantuan air bersih untuk kami,” harapnya.

Seorang tokoh masyarakat Desa Sukajadi, Bubun Gunawan (40) menyatakan, merasa miris melihat kondisi warga kampung yang menggunakan air kotor tersebut.

“Saya berinisiatif menyalurkan air bersih, sekitar tiga tangki dan dua tangki dari bantuan donatur. Tapi karena terlalu banyak warga yang krisis air bersih, bantuan tersebut tak cukup,” ujar Bubun.

Bubun mengatakan, baru lima tangki yang didistribusikan tapi jerigen dan ember di setiap titik tetap banyak mengantre.

Ia berharap bantuan yang permanen karena kekeringan rutin terjadi di sembilan kampung di Sukajadi. Bantuan permanen berupa sumur bor di titik krisis air bersih sangat dibutuhkan warga saat ini.

Muhamad Romli (42) tokoh Kampung Cikangkung mengatakan, warga mengantre di kubangan air kotor bercampur sampah sejak pukul 08.00 WIB sampai siang, lalu berlanjut sore hari mengambil air sampai malam hari.

“Pemandangan seperti ini sudah terlihat tiga bulan ke belakang, saat ini makin parah, sampah dan airnya sangat kotor yang digunakan warga,” kata Romli.

(RC/dil/pojokjabar/izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *