Politikus PDIP Bentak Prof Emil Salim, Publik pun Murka

Politikus Arteria Dahlan (kiri) dan Prof Emil Salim (kanan)

RADARSUKABUMI.com – Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu mengaku sedih melihat politisi senior Profesor Emil Salim dibentak-bentak oleh politisi muda PDI Perjuangan, Arteria Dahlan.

Kejadian itu terjadi dalam acara Mata Najwa bertajuk “Ragu-Ragu Perppu” yang disiarkan Trans7 pada Rabu (9/10) malam. Perseteruan terjadi saat keduanya membahas mengenai korupsi di negeri ini.

Bacaan Lainnya

Awalnya, Profesor Emil Salim dengan lembut hendak menyampaikan pendapat. Bahkan kedua telapak tangannya ditutup dan dimajukan ke depan dada sebagai tanda permohonan maaf jika menyinggung lawan bicara.

Guys, inilah potret wakil rakyat kita. . Kalau mendengarkan seorang profesor senior saja tak bisa, apalagi mendengar suara rakyat ? . #savekpk

A post shared by Sastra Semua Bangsa (@warungsastra) on Oct 9, 2019 at 3:15pm PDT

“Yang jadi persoalan itu, cara memilih itu, apa bebas dari korupsi,” kata mantan Menteri Lingkungan Hidup itu mengawali.

“Ya iyalah,” sosor Arteria yang merasa pertanyaan itu ditujukan padanya.

Emil Salim kemudian hendak menguraikan maksud ucapannya.

“Ada buku Bung. Ada laporan demokrasi korupsi,” katanya yang buru-buru disanggah oleh Arteria.

“Eh jangan. Prof (tadi) nanya saya terpilih bebas korupsi apa nggak, saya yakin (bebas korupsi),” kesal mantan anggota Komisi III DPR itu karena merasa Emil Salim mengalihkan pembicaraan.

“Anda jadi menteri karena proses politik di DPR, Pak. Jangan Anda singgung-singgung DPR seperti itu. Kasih contoh Pak ke yang generasi muda kita dengan baik,” cerocos Arteria.

Najwa Shihab sebagai moderator lantas menengahi. Dia meminta Arteria untuk mendengar lebih dulu penjelasan Emil Salim.

“Anggota DPR juga kasih contoh mendengarkan secara baik,” tegas Najwa sembari mempersilakan Emil berbicara.

Sontak pemirsa di studio menyoraki Arteria.

“Woi, suporternya suporter apa nih,” kesal politisi berkacamata itu.

Emil lalu melanjutkan bahwa yang menjadi persoalan dalam demokrasi adalah proses pemilihan yang tidak kredibel. Namun saat ingin mengurai lebih jauh mengenai referensi buku yang membahas mengenai hal tersebut, omongan Emil lagi-lagi dipotong Arteria.

“Ada laporan, ada buku namanya Demokrasi for Sale,” kata Emil yang belum selesai berbicara karena dipotong Arteria.

“Dengar dulu,” kesal Emil dengan nada tinggi dan melakukan gerakan tangan seolah ingin menggebrak meja lantaran kesal.

Arteria lalu diam. Emil langsung melanjutkan bahwa yang ditangkapi KPK selama ini adalah politisi yang dipilih rakyat. Atas dasar itu, dia mempertanyakan kredibilitas pemilihan Indonesia.

“Jadi (kalau) Bung bangga (jadi DPR karena dipilih), apa betul dipilih secara betul, berapa ongkosnya, dari mana uangnya,” ujar Emil dengan nada yang terus meninggi.

Arteria bangkit dari meja dan menyampaikan sejumlah kata-kata, juga dengan nada tinggi, sebelum akhirnya Najwa mempersingkat sesi tersebut.

Said Didu mengkicau ulang twit warganet yang mengunggah video tersebut. Dia mengaku sedih lantaran orang yang dikenal selalu santun dan sudah sepuh itu dibentak oleh anggota DPR yang masih muda.

“Saya sedih melihat oleh salah seorang anggota DPR,” terangnya.

“Bapak yang saya kenal sejak tahun 80-an sampai sekarang selalu santun dan rendah hati. Kok ada orang tega perlakukan Bapak seperti ini,” tutup Said Didu.

(sta/rmol/pojoksatu/izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *