Detik-detik Pasien Suspect Corona Berobat di Cianjur Hingga Meninggal

CIANJUR, RADARSUKABUMI.com – Rumah Sakit Dokter Hafidz (RSDH) Cianjur harus menangani pasien suspect corona kemarin malam. RSDH menerima pasien asal Bekasi berinsial DJ (50) dengan gejala sesak nafas. DJ pun segera mendapatkan perawatan intensif dan harus menjalani observasi.

DJ memang sempat pergi ke Malaysia pada 14-17 Februari 2020 dan pulang dengan kondisi sehat. Namun, pada tanggal 20 Februari 2020, kondisi pria paruh baya itu mengalami demam dan batuk-batuk. Sehingga dibawa ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi dan menjalani perawatan selama lima hari dari tanggal 22-26 Februari 2020.

Bacaan Lainnya

Dengan kondisi yang belum pulih 100 persen, pada tanggal 29 Februari 2020 DJ melakukan perjalanan ke keluarganya di Kecamatan Ciranjang untuk bersilaturahmi dan melakukan pengobatan alternatif. Tanpa diduga, bukan kondisi yang semakin membaik, DJ justru mengalami sesak nafas dan kondisi fisiknya menurun.

Hingga akhirnya, pihak keluarga pun membawa DJ ke RSDH Cianjur. Melihat kondisi tersebut, pihak rumah sakit pun langsung membawa pasien ke ruangan khusus dan dilakukan observasi.

Legal Officer RSDH Cianjur, Fabella Dewi menjelaskan, pasien DJ datang berobat ke UGD RSDH Cianjur pada 1 Maret 2020. Berdasarkan screening dan anamnesa dokter, pasien tersebut masih dugaan atau suspect. “Kami masih menunggu hasil dari pemeriksaan pihak-pihak terkait,” ungkapnya kepada Radar Cianjur (Radarsukabumicom grup).

Gubernur Jawa barat Ridwan Kamil mengatakan, semua Rumah Sakit Daerah Umum (RSUD) yang ada di 27 kota/kabupaten telah siaga satu. Kemudian rujukan utama yang ada di RS Hasan Sadikin juga sudah dilakukan inspeksi, dan mereka siap. “Saya ingatkan definisi siap itu ternyata jumlah kasur atau tempat isolasi belum terlalu banyak dan harus dikondisikan lagi,” kata pria yang akrab disapa Kang Emil itu.

Kemudian untuk alat pengetesan di Jawa Barat, lanjut Emil, itu belum ada untuk mengecek positif dan tidaknya. Karena semua harus ke laboratorium kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia. Sebab, mereka memiliki teknologi canggih.

Menurutnya, jika orang yang sudah terkena susfec mungkin sudah ada. Karena gejalanya mirip-mirip dengan gejala flu, batuk, sesak nafas dan sebagainya. Bahkan sudah ada di mana-mana, baik Jawa Barat maupun di Jawa Tengah. “Saya kira kita harus percaya ke hasil laboratorium Kementerian Kesehatan. Jadi semua itu akan diobservasi sesuai prosedurnya,” kata Emil. (kim/dan/RC/izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *