Saat Keluarga dan Petugas Pemilah Mengurai Jejak Korban Lion Air

Kisah dua sahabat, M. Rafi Andrian dan Rian Riandi, terurai berkat sepatu dan tas ransel yang dikenali ayah mereka. Kini keluarga hanya berharap bisa melihat jenazah mereka.

JUNEKA SUBAIHUL MUFID, Jakarta

Bacaan Lainnya

”Saat kehilangan orang yang kita cintai, tidak sepatutnya kita mengganggu jiwa mereka, baik ketika mereka masih hidup atau telah meninggal. Yang bisa kita lakukan, kita bisa menemukan penghiburan dalam benda yang paling mengingatkan kita kepada mereka…” (Orhan Pamuk, The Museum of Innocence)

WAJAH Epi Samsul Komar tampak sangat murung. Dengan dikawal petugas Badan SAR, dia berjalan pelan. Menuju serakan puing-puing. Di sana, di dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT), memang diletakkan barang-barang sisa kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610. Yang jatuh di perairan Tanjung Karawang pada Senin lalu (29/10).

Pandangan Eri yang semula terlihat kosong berubah saat dia melihat sneaker Adidas hitam. Air matanya tak terbendung. Dua tangannya ditangkupkan ke wajah. Pria 50 tahun asal Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, itu menangis. ”Ada sepatunya ini. Ini sepatunya Rafi,” ujar Epi dengan terbata.

Sepatu itu diyakini Epi milik M. Rafi Andrian, 24, putra pertamanya. Rafi yang menggemari sepak bola itu ke Jakarta untuk menonton pertandingan Indonesia U-19 melawan Jepang U-19 pada Minggu lalu (28/10). ”Anakku ya Allah,” kata dia dengan suara parau.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *