Raden Bambang Firman Alamsyah yang Hanyut 5 Hari dan Diselamatkan Nelayan Vietnam

Raden Bambang Firman Alamsyah
Raden Bambang Firman Alamsyah saat diselamatkan di Vietnam (12/1).

Mengapung Pakai Dua Pelampung Kecil sebelum Beralih ke Kayu Besar

RADAR SUKABUMI – Kepada keluarga melalui panggilan video, Raden Bambang Firman Alamsyah mengaku diculik kapal asing sebelum dilempar ke laut. Keluarga masih menunggu kepulangan kru kapal ikan itu ke Indonesia dari Vietnam.

FISKA JUANDA-SANDI PRAMOSINTO, Karimun

WALAU hanya dari balik layar ponsel, tak terkira kegembiraan Raden Ridwan. Di seberang sana, Raden Bambang Firman Alamsyah, sang anak yang hilang sejak 7 Januari lalu, dalam kondisi sehat.

Iman, sapaan akrab Raden Bambang Firman Alamsyah, sedang berada jauh dari sang bapak dan keluarga. Kru kapal tangkap ikan KM Bahagia Natuna itu berada di Nha Trang, Vietnam, sedangkan ayah dan ibunya di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Hubungan video call pada Sabtu (14/1) lalu itu difasilitasi KBRI Hanoi.

”Kepada kami dia cerita, dia ternyata tidak jatuh di laut,” kata Ridwan kepada Batam Pos yang menemuinya di kediamannya di Kelurahan Baran Timur, Karimun, pada Minggu (15/1) lalu.

KM Bahagia Natuna yang memiliki 8 kru berangkat dari Tanjung Balai Karimun ke Laut Natuna. Kapal tersebut mencari ikan sejak 16 November 2022.

Kapal berbendera Indonesia itu sempat melakukan bongkar muat di Pelabuhan Selat Lampa, Natuna, pada 1 Desember 2022. Kemudian, melanjutkan pencarian ikan. Kapal tersebut juga lego jangkar di perairan Natuna di koordinat 4°35.000’N 109°55.000’E pukul 23.00 WIB pada 6 Januari 2023. Sehari kemudian, saat pengecekan kru, diketahui Firman sudah tidak berada di kapal tersebut.

Iman, kata Ridwan, menuturkan, dia merasa seperti dihipnotis pada malam 6 Januari lalu itu. ”Ada orang asing yang naik ke atas kapal dan kemudian membawanya ke kapal ikan orang asing tersebut. Bahasanya juga anak saya tidak ngerti,” kata Ridwan menirukan tuturan sang anak.

Yang jelas, lanjut dia, anaknya yang baru berusia 18 tahun itu dibawa ke kapal orang asing tersebut. Kemudian, diikat dengan jaring dan diikatkan juga dengan dua pelampung ikan. ”Sebelum dibuang ke laut, ponsel anak saya diambil,’’ jelas Ridwan.

Pencarian Iman dilakukan berbagai pihak. Ridwan juga langsung terbang ke Natuna, menemui syahbandar dan kru kapal. Hanya seorang kru yang mengingat pada 6 Januari malam itu dia masih melihat Iman tertidur.

Ketika akan kembali ke Karimun pada Jumat (13/1), istrinya mengabari Ridwan bahwa KBRI Hanoi baru saja memastikan Iman selamat. Dia diselamatkan nelayan Vietnam karena hanyut sampai perairan negara tersebut.

’’Sepekan sejak kami dapat informasi hilangnya Firman, kami mendapatkan laporan bahwa Firman diselamatkan oleh nelayan Vietnam. Kondisinya saat ini selamat dan sehat,’’ kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Natuna Mexianus Bekabel.

Perairan bagian utara Natuna memang berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja. Iman hanyut sekitar lima hari sebelum akhirnya ditolong nelayan Vietnam yang tengah melintas.

Kepulangan Iman ke Indonesia masih dalam proses. Kabarnya, kemarin dia sudah resmi diserahkan oleh penjaga pantai Vietnam ke KBRI Hanoi. Ketika pertama mendengar anaknya hilang dari sang istri, Ridwan tengah berada di Malaysia. Dia lalu segera balik ke Karimun. Keluarga sempat mengadakan pembacaan Yasin tiga hari beruntun.

”Saya sedari awal yakin Iman masih hidup,” kata Ridwan.

Setelah mendengar pengakuan sang anak tadi, Ridwan berusaha mengecek ke nakhoda KM Bahagia Natuna. Dan, kejadian ada kapal lain yang mendekati KM Bahagia Natuna pada saat hilangnya Iman dibenarkan oleh sang nakhoda.

”Si nakhoda ditelepon nakhoda kapal lain bahwa pada malam itu memang ada kapal yang mendekat. Ketika kejadian itu, nakhoda KM Bahagia Natuna dan semua kru lain sudah tidur. Sehingga, dugaan anak saya diculik dan kemudian dibuang ke laut bisa jadi benar,’’ kata ayah tujuh anak tersebut.

Memang masih banyak lubang dalam cerita Iman. Misalnya, kenapa dia diculik hanya untuk dilempar lagi ke laut.

Mungkin kelak sekembalinya ke keluarga dia bisa bercerita lebih detail. Yang terpenting bagi Ridwan sekarang sang anak selamat. Baginya, itu seperti keajaiban. Sebab, selama lima hari terapung di laut lepas, Iman hanya menggunakan dua pelampung kecil.

Bahkan, pelampung kecil tersebut sempat pecah. Beruntung, ada kayu besar yang kemudian digunakan anak ke-4 dari 7 bersaudara tersebut untuk mengapung. ”Anak saya diselamatkan kapal jaring asal Vietnam dengan nomor kapal KH 97661 TS,” katanya.

Selama dua hari di kapal ikan asal Vietnam itu, kondisi Iman sangat lemah. ’’Kulit mulai mengelupas dan di dada terlihat memar akibat terkena hantaman kayu pada saat akan meraih kayu di laut untuk dijadikan alat mengapung,’’ ujarnya.

Di KM Bahagia Natuna, Iman dikontrak selama 45 hari sebagai tukang masak di kapal. ’’Tapi, sebelumnya pernah ikut kapal ikan selama 10 bulan ke Papua. Artinya, ikut kapal KM Bahagia Natuna ini yang kedua kali,’’ terangnya.

Menurut Ridwan, kepulangan anaknya ke Indonesia tinggal menunggu informasi dari KBRI Hanoi. Pihak KBRI sempat minta dikirimkan paspor Iman. Tapi, akhirnya batal karena waktu pengiriman tidak dapat dipastikan. ”Saya, ibunya, serta abang dan adik-adiknya sudah menunggu dia bisa berkumpul bareng keluarga lagi,’’ harapnya. (*/c6/ttg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *