Pilunya Siswa di SDN Suradita Sukabumi

SDN Suradita Sukabumi
Sejumlah siswa saat belajar di bangunan sekolah darurat yang terbuat dari bahan bambu bitung dan beratapkan dari bahan terepal pada Senin (09/01).

Hindari Retakan Tanah, Terpaksa Belajar di Sekolah Darurat

Hari pertama setelah libur sekolah biasanya menjadi momen yang sering dinantikan para siswa. Apalagi untuk tingkat SD, sekolah menjadi tempat kedua bagi mereka berinteraksi dan bermain. Tapi hal itu tidak untuk siswa SDN Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi.

DENDI KOSWARA, Sukabumi

Bacaan Lainnya

Siulan burung dan segarnya udara pagi menjadi teman setia para siswa di SDN Suradita. Letaknya yang berada di ketinggian 1.000 m dpl, memang masih menyuguhkan keasrian alamnya.

Memang sesekali, kendaraan roda dua berseliweran ditengah terjalnya jalanan yang harus dilewati. Tapi bagi orang yang baru melintas di wilayah tersebut, ada kesan Dusun Suradita ini seperti kampung mati. Pemandangan di kiri dan kanan jalan memperlihatkan keganasan alam yang merusak rumah-rumah warga.

Memang, Dusun Suradita ini dikenal sebagai daerah rawan bencana geologi pergerakan tanah. Dari ratusan rumah yang retak dan ditinggal penghuninya, bagunan SDN Suradita pun menjadi salah satu yang terkena dampaknya.

Akibat dihantui rasa was-was karena takut sewaktu-waktu retakan membesar dan bangunan roboh, para siswa pun terpaksa dievakuasi ke sekolah darurat.

Kepala Sekolah SDN Suradita Edi Junaedi kepada Radar Sukabumi mengatakan, sedikitnya 49 siswa dari SDN Suradita harus rela belajar di bangunan yang terbuat dari anyaman bambu. Karena, bangunan sekolah sebelumnya mengalami rusak berat akibat bencana pergerakan tanah.

“Baru mulai hari ini (kemarin. red) 49 siswa SDN Suradita belajar di bangunan sekolah darurat. Alhamdulillah, sudah dibuat dari bahan bambu bitung dan berdindingkan bilik atau anyaman bambu serta beratapkan dari bahan terepal,” kata Edi kepada Radar Sukabumi pada Senin (09/01).

Bangunan sekolah darurat yang memiliki ukuran 8 x 12 meter itu, telah dibangun oleh warga bekerjasama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kecamatan Gegerbitung di lahan milik perkebunan dengan jarak sekitar 500 meter dari lokasi bangunan sekolah yang rusak.

“Kalau semisal para siswa masih belajar di bangunan sekolah itu, kami dan orangtua siswa cemas bangunannya ambruk dan menimpa siswa. Makanya, kami bersama warga berinisiatif membangun sekolah darurat dengan swadaya, sambil menunggu bantuan dari pemerintah,” paparnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, bangunan sekolah di SDN Suradita yang rusak akibat bencana alam itu. Diantaranya, ruang kantor terapat pegerakan atau pergeseran tanah.

Sementara, untuk bangunan yang menglami keretakan berada di teras dan halaman sekolah yang kondisi tanahnya sudah anjlok dan berlobang. Sedangkan untuk bangunan WC dan Musholla, kondisi tanahnya anjlok, sehingga bangunannya miring.

“Retakan tanah di bangunan SDN Suradita itu, bervariasi mulai dari lebar 10 centimeter hingga 20 centimeter. Meskipun retakan tanah sudah di timbun pakai tanah atau kerikil bebatuan, tetapi sekarang kondisi retakannya semakin meluas. Bahkan, ubin pada bangunan sekolah SD itu, banyak yang terkelupas,” tandasnya.

Menurutnya, di hari pertama para siswa melakukan pembelajaran di bangunan sekolah darurat dengan kondisi seadanya itu, para siswa tidak mengeluhkan apapun.

Namun, meski demikian ia terus berupaya maksimal untuk meminta bantuan kepada pemerintah agar dapat membantu mencarikan solusi terkait permasalahan tersebut.

“Kami berencana akan melakukan pertemuan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi untuk tindak lanjut mengatasi permasalahan ini. Jadi, nanti kita akan membahas masalah tanah mandiri untuk bangunan sekolah baru.

Karena, jika dipaksakan siswa belajar di sekolah itu, dikhawatirkan ambruk bangunannya. Terlebih lagi, cuaca ekstrim saat ini potensi retakan tanahnya semakin meluas,” pungkasnya.

 

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, M. Solikhin mengunjungi bangunan darurat SDN Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, M. Solikhin kepada Radar Sukabumi mengatakan, ia sengaja mengunjungi bangunan darurat SDN Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung yang terdampak pergeseran tanah sehingga harus direlokasi.

“Iya, hari ini (kemarin.red) saya sudah ke bangunan sekolah darurat itu, dan komunikasi bersama orangtua siswa dan para guru di sekolah itu,” katanya.

Sehubungan belum ada lahan untuk relokasi, tetapi layanan pendidikan atau proses pembelajaran harus tetap berjalan, makanya mereka membuat bangunan atau ruang belajar darurat dari bilik bambu yang merupakan hasil partisipasi masyarakat, orang tua dan para komunitas pendidikan.

“Insya Allah Disdik Peduli akan membuat ruang guru, WC siswa dan WC guru darurat, serta fasilitas penerangan. Termasuk bantuan alat tulis dan tas sekolah untuk seluruh siswa di sekolah itu,” pungkasnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *