Menelusuri Asal-Usul Julukan Kampung Inggris Sukaraja

Praktis, pada zaman dahulu kondisi perekonomian warga Kampung Inggris bertumpu pada kegiatan kerajinan tanduk. Banyaknya pesanan dari berbagai daerah membuat kondisi finansial warganya relatif sejahtera. Menurut Dayat, Setiap rumah di kampung tersebut punya produksi kerajianan tanduk sendiri. Dayat menuturkan, dirinya bahkan bisa menghidupi dua belas pekerjanya lewat industri rumahan kerajinan tanduk.

Produk kerajinan tanduk di Kampung Inggris ini masih lekat dengan alat-alat tradisional. Bagi Dayat, Semua itu dilakukan agar menjaga keotentikan produk kerajinannya. Meski diproduksi dengan alat tradisional, bukan berarti kerajinan tanduk ini hanya bisa menghasilkan sedikit produk.

Dengan keterampilan yang didapatkan dayat secara turun temurun, puluhan hingga ratusan produk bisa dihasilkannya setiap hari. Tentu saja, kualitas produknya tetap terjaga. Hal ini pula yang disinyalir oleh Dayat jadi daya tarik orang-orang datang ke Kampung Inggris.

Seiring pekermbangan zaman, kini eksistensi kerajinan tanduk ini semakin terancam. Warga asli Kampung Inggris kini enggan meneruskan insudtri rumahan yang telah dirintis sejak ratusan tahun silam. Padahal, sebenarnya warga Kampung Inggris masih mahir memproduksi kerajinan, hanya saja mereka sudah kehilangan minat.

“Kalau bapak meninggal, bapak engga tau siapa yang bakal nerusin kerajinan ini. Pemudanya banyak yang milih kerja jadi kuli bangunan sama ngojek disbanding nerusin usaha kerajinan tanduk,” Ucap Dayat sambil mengehela nafas panjang.

Meski begitu, masih ada tangan-tangan terampil yang meneruskan kerajinan tanduk ini. Dengan alat-alat tradisional, Dayat dan rekannya masih berjuang melestarikan ikon dari Kampung Inggris ini. Meski demikian, nama Kampung Inggris masih tersohor sebagai pengerajin tanduk yang otentik.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *