Menakar Prospek Investasi Pasar Modal

HENDRA EKA/JAWA POS BERPOTENSI NAIK: Foto multiple eksposure IHSG di Bursa Efek Indonesia saat penutupan perdagangan Jumat (28/12). Kinerja IHSG diprediksi positif tahun depan.

RADARSUKABUMI.com – Perhelatan pesta demokrasi 2019 diprediksi tidak mengganggu kinerja pasar modal. Investasi pasar modal atau saham masih menjadi pilihan menarik.

PERGERAKAN indeks harga saham gabungan (IHSG) tahun depan tetap dipengaruhi faktor eksternal. Sebut saja kenaikan suku bunga The Fed dan eskalasi perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok. Meski begitu, pemilu dan pilpres juga memberikan pengaruh. Terutama berkaitan dengan stabilitas dalam negeri.

Bacaan Lainnya

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Pieter Abdullah menyatakan, pengaruh pilpres terhadap pergerakan IHSG tidak terlalu signifikan. ’’IHSG akan naik cukup besar bila pemilu selesai dengan aman dan pemenang adalah yang diekspektasikan pasar,’’ ujarnya.

Dengan asumsi tahun depan The Fed hanya menaikkan suku bunga dua kali, perang dagang mereda, serta pemilu berjalan damai, dia meyakini IHSG bakal berada di range 6.500–6.800. Yang bisa menahan laju IHSG adalah kemungkinan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Pieter memperkirakan, saham yang paling berpotensi melaju tahun depan adalah saham blue chip, terutama di sektor keuangan. Sektor lain yang juga berpeluang naik adalah sektor konstruksi properti, consumer goods, dan otomotif. ’’Saham LQ45 bakal berpotensi naik signifikan,’’ katanya.

’’Untuk saham-saham sektor keuangan, khususnya perbankan BUKU 4, saya kira masih sangat menguntungkan untuk dikoleksi secara jangka panjang,’’ sambung Pieter.Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memprediksi, IHSG pada tahun politik bergerak fluktuatif.

Menjelang pilpres, indeks berada di range 5.800–6.000. Menurut dia, potensi profit taking cukup besar. Investor berspekulasi terkait dengan kemungkinan petahana akan menang. Dia menuturkan, investor bakal ber buru saham perbankan karena bunga naik sehingga margin lebih menarik. Namun, ada sektor lain yang diperkirakan tumbuh. ’’Sektor yang tumbuh saat pemilu seperti makanan dan minuman, transportasi, serta rokok masih menarik untuk dikoleksi,’’ ungkapnya.

Sementara itu, analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengungkapkan bahwa tahun depan masih ada potensi penguatan pasar modal, terutama di awal tahun. Secara historis, awal tahun selalu mengalami penguatan. Potensi tersebut setidaknya berlangsung hingga menjelang pilpres. Harga Emas Pieter Abdullah menjelaskan, harga emas tahun depan di perkirakan bullish. Jika tahun ini ber ada di kisaran USD 1.200 per troy ounce, tahun depan emas naik di atas USD 1.300.

Harga emas tahun ini tertahan lantaran kondisi global yang tidak kondusif. Suku bunga The Fed meningkat signifikan, nilai tu kar dolar terapresiasi signifikan, dan nilai tukar mata uang negara berkembang jatuh. Akibatnya, masyarakat negara berkembang merasakan harga emas menjadi mahal. Permintaan pun turun. ’’Permintaan yang turun menahan harga emas,’’ katanya.

 

(nis/c14/fal)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *