Melihat Pengorbanan Utih Kepada Anaknya

Pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, memang tak akan ada habisnya. Dimulai lahir hingga menginjak dewasa, kasih sayangnya tak habis selama hata dikandung. Makanya tak heran, agama menyebutnya Syurga di bawah telapak kaki ibu. Seperti halnya Utih, wanita asal Kampung Sindangpalay, RT 03/06, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug yang rela menggendong anaknya setiap hari supaya bisa menyelesaikan pendidikan. Seperti apa perjuangannya?

Laporan; Rendi Rustandi

SETIAP pagi hari, wanita yang lahir pada 50 tahun lalu ini selalu menyempat diri untuk menggendong Desi Maharani (15), anak keempatnya berangkat ke sekolah. Ia menyempat diri untuk menggendong itu bukan berarti pekerjaan rumahnya selesai, melainkan demi anak gadisnya pergi ke sekolah.

Ya, ia membagi waktu antara pekerjaan rumah dengan mengantarkan gadis cantiknya mengenyam pendidikan. Anak keempat dari lima bersaudara itu tidak bisa berjalan akibat penyakit kelenjar getah bening TBC yang dialaminya sejak empat tahun terakhir.

Gadisnya cantiknya itu kini duduk di bangku kelas IX MTs Attaqwa, Kampung Manggis Hilir, RT 03/03, Desa Benda, Kecamatan Cicurug. Ia saat ini tengah melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Saat wartawan koran ini menyambangi kediamannya, terlihat Utih tenha siap-siap untuk mengantarkan Desi.

Dengan pakaian sederahana dan beralas sendal jepit, wanita setengah abad ini memboyong anaknya ke sekolah. Terpancar dari raut wajahnya, sebuah semangat untuk menjadikan anaknya lebih baik. Menurutnya, keterbatasan ataupun kekurangan bukan menjadi hambatan untuk meraih prestasi dalam dunia pendidikan.

“Apapun kondisinya, hak pendidikan kepada anak harus saya berikan selaku orang tua. Tidak apa-apa saya menggendongnya setiap hari ke sekolah, yang penting keinginan untuk bersekolah Desi terpenuhi,” aku Utih kepada wartawan radarsukabumi, kemarin.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *