Direktur PT Avila Prima Intra Makmur Kevin Kusuma

JAKARTA – Era disrupsi menuntut pelaku bisnis untuk melakukan inovasi dan diversifikasi. Misalnya, PT Avila Prima Intra Makmur yang berfokus menggarap pengalengan ikan tuna di samping bisnis properti.PT Avila Prima Intra Makmur didirikan pada 1986 dan bergerak di bidang kontraktor serta developer. Kemudian, pada 1988,

Perusahaan tersebut melakukan di versifikasi ke pabrik tepung ikan. Seiring dengan berjalannya waktu, pada 1992, Avila Prima kembali melebarkan sayap di bidang pengalengan ikan tuna dengan orientasi ekspor dan berjalan hingga saat ini.

Direktur PT Avila Prima Intra Makmur Kevin Kusuma menjelaskan, pelaku bisnis harus mampu membaca tren market. Selain itu, harus berani berinovasi di zaman yang telah mengalami pergeseran dari offline ke online ini. ’’Kalau tidak seperti itu, maka akan tergerus oleh kompetitor,’’ tuturnya.

Hal itulah yang mendasari Avila Prima terus melakukan transformasi sejak awal berdiri. Sejak ekspansi ke bisnis pengalengan ikan tuna, perusahaan asli Surabaya itu mengawalinya dengan pasar ekspor. Sebab, market mancanegara untuk ikan tuna ketika itu sangat besar. Terlebih, masyarakat Indonesia belum begitu aware dengan makanan kaleng ikan tuna. ’’Pasar ekspor kami adalah Amerika, Eropa, Asia. Produk yang diekspor yaitu tuna dalam minyak, tuna dalam air garam, dan tuna sar den,’’ tutur pria 38 tahun tersebut.

Seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan melihat market di dalam negeri juga sangat berpotensi untuk digarap. Ditambah, Indonesia adalah negara maritim yang memiliki hasil perikanan sangat besar. Akhirnya, pada 2002, PT Avila Prima Intra Mak mur memantapkan diri masuk ke pasar domestik. ’’Kami ingin masyarakat Indonesia gemar makan ikan. Selain sehat dan bernutrisi, ikan diperkaya dengan omega 3,’’ jelas anak kedua dari tiga bersaudara itu.

Kevin ingin mengubah mindset konsumen yang sering kali menganggap makanan kaleng ikan selalu mengandung pengawet. Pa dahal, tidak seperti itu. Makanan kaleng ikan bisa awet karena dimasak dengan suhu tinggi sehingga mampu membunuh bakteri. Kemudian, memasaknya juga memakai tekanan tertentu yang membuat kaleng tersebut hampa udara. ’’Ketika tidak ada bakteri dan udara, makanan tidak akan menimbulkan oksidasi. Sehingga bisa awet hingga beberapa tahun,’’ paparnya.

Untuk menggaet konsumen domestik yang lebih besar, Kevin bersama tim gencar melakukan transformasi dengan menciptakan produk-produk ikan tuna dengan berbagai rasa. Tentu rasanya disesuaikan dengan lidah orang Indonesia. ’’Mulai rasa sambal goreng, rica-rica, hingga bumbu nasi goreng,’’ tuturnya.

Kemudian, tahun lalu pihaknya juga mengelu arkan varian baru, yaitu tuna kornet dan tuna abon. Pemasaran dari semua produk itu mencakup tiga segmen. Yakni, pasar modern, pasar tradisional dan horeka (hotel, restoran, kafe). Kevin mengakui, saat ini komposisi pendapatan perusahaan masih didominasi ekspor 85 persen.
Si sanya dalam negeri. ’’Tapi, tren penjualan domestik sangat positif. Makanya, kami sekarang sedang agresif melakukan edukasi ke market tentang pentingnya mengonsumsi ikan,’’ jelasnya.

Untuk mendongkrak penjualan di tanah air, pihaknya tengah berfokus melakukan promosi di website, Instagram, dan Facebook. Kemudian, dalam waktu dekat, Kevin menjajal penjualan di platform online. ’’Kami juga akan gandeng penyedia jasa online dengan memberikan berbagai promo untuk menarik konsumen. Ke depan, saya ingin diversifikasi produk lain lagi, bukan hanya ikan tuna. Mungkin bisa beverage atau minuman kaleng,’’ imbuh pria yang ber gabung di Avila Prima sejak 2005 itu.

Pabrik dan cold storage milik PT Avila Prima Intra Makmur saat ini terletak di Muncar, Banyuwangi. Kapasitas produksinya mencapai 120 ton per hari dan memiliki daya tampung hingga 800 ton. Hampir seluruh ikan
tu na yang diolah perusahaan di dapat dari nelayan lokal.

 

(Charina Marietasari/c19/oki)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *