Sandi Octa Susila, Sosok Petani Milenial

PEKERJA KERAS: Sandi Octa Susila, sosok petani muda yang berhasil meraih sukses.

RADARSUKABUMI.com – Masih muda, berpendidikan S2 IPB, penggerak 373 petani, mengelola total 120 hektare lahan sayuran berafiliasi dengan PTPN dan lahan swasta serta lahan pribadi dengan membawahi 50 karyawan. Itu adalah sederet figur seorang Sandi Octa Susila. Pemuda kelahiran Cianjur ini menetapkan jalur profesi dan bisnisnya di dunia pertanian. Hal yang teramat jarang digeluti anak muda pada usianya. Bahkan dia memulai usaha sejak duduk di semester 5, S1 IPB.

Awal terjun di dunia bisnis, Sandi melihat banyak hasil panen kebun sayur tidak maksimal diperjualbelikan. Bermodalkan salah satu website jual beli, Sandi mendokumentasikan satu per satu hasil produksi ayahnya, dan para petani di kampung halamannya. Dari situlah dia mendapat pengalaman pertama.

Bacaan Lainnya

“Saya memulai usaha pada 2015. Saat itu masih semester 5. Saya ambil wortel, lettuce, beras, daun bawang, dan kentang dari lahan ayah saya sendiri dan beberapa hasil panen petani lainnya. Klien pertama saya sebuah perusahaan cepat saji. Omzet yang saya terima Rp3 juta dengan keuntungan sekitar Rp300 ribu–Rp500 ribu per dua minggu. Angka segitu cukup besar bagi seorang mahasiswa,” cerita Sandi.

Sementara ayahnya mengambil jalur ritel sayur, Sandi bergerak pada bisnis horeka (hotel, restaurant, dan cattering). Bisnisnya juga tidak selancar dugaan orang. Sandi pernah menjadi korban penipuan dan mengalami depresi cukup berat. Berkat dukungan keluarga dan orang terdekat, Sandi kembali bangkit dan merintis usahanya. Dalam kurun waktu 4 tahun, sayur-mayur di bawah binaannya berhasil memasok ke 25 hotel di Jawa Barat (Jabar), dan beberapa ritel di Jakarta.

Berperilaku santun, rendah hati, akrab dengan para pegawainya adalah ciri khasnya. Selain usaha budidaya lahan, Sandi juga membina Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) yang terbuka bagi siapa saja. Pada level bisnis, dirinya mengembangkan UD Mitra Tani Parahyangan sebagai perusahaan pemasok bahan baku hotel.

Dalam menerapkan harga jual, pemuda berusia 26 tahun ini menawarkan harga bagus untuk petani. Kepiawaiannya merangkul petani, meyakinkan perusahaan dan membangun teamwork adalah kunci sukses Sandi. Tidak hanya berorientasi profit, Sandi membantu petani sekitar dalam permodalan dengan bentuk natura (pupuk, benih, pestisida, dsb).

“Misal, harga kentang petani Rp4 ribu, kami beli Rp8 ribu lalu kami jual ke perusahaan Rp11 ribu. Kenapa petani mau? Ini karena dari sisi value kita tambah, dari sisi pasar ada kejelasan, dan yang paling penting mereka mau diedukasi standar kualitas sesuai keinginan klien kami” ujarnya.

Terkait kondisi cuaca yang sulit diprediksi, Sandi memiliki kiat khusus agar suplai ke konsumen tepat waktu. Tak hanya mengatur pola tanam, waktu dan jumlah pesanan ke masing-masing petani sudah terjadwal baik.

“Kita atur betul-betul pola tanamnya. Kapan komoditas ini panen tepat pada saat dibutuhkan harus kami pantau. Jadi di kantor holding office kami (HO) itu, PO atau purchase order sejak pukul 8 pagi hingga 5 sore. Setelah itu kami rekapitulasi PO dan sebarkan orderan ke petani yang bekerja sama dengan kami. Petani sudah paham berapa rata-rata permintaan dari kami. Berikutnya proses penyerahan produk dilakukan di holding office kami. Terakhir, produk di-packing dan siap antar, serta diterima oleh klien kami pagi harinya” papar Sandi.

Berpenghasilan rata-rata Rp500 juta per bulan, Sandi bertekad meningkatkan lahan miliknya semakin luas. Bahkan dalam waktu dekat, Sandi tengah mengembangkan inovasi agrowisata yang dibuka untuk para pengunjung yang studi banding, kuliah lapang hingga untuk umum dalam bentuk kelompok. Tidak hanya itu, Sandi tengah mengkaji bisnis ekspor ke Timur Tengah.

Sandi menyebutkan sejauh ini Kementerian Pertanian berperan banyak bagi kemajuan para petani. Dirinya meyakini bisnis pertanian tidak akan ada matinya dan senantiasa prospektif. Berhasil dengan bisnisnya ini, dia berharap akan banyak figur muda pertanian sepertinya.

“Ada yang menanyakan kenapa saya S2 kok terjun ke pertanian, balik ke daerah berprofesi sebagai petani. Di sini saya tekankan kepada para anak muda yang menanyakan itu bahwa saya ingin menjadi bagian dari perubahan paradigma terhadap para petani, yang sebagian besar menganggap petani itu lecek, kucel, dan rugi terus. Ketika kita bisa memanajemen dengan baik, dipadukan dengan keilmuan, Insya Allah akselerasi itu akan cepat untuk keberhasilan. Saya berharap ada Sandi-Sandi yang lain. Disertai dukungan Kementerian Pertanian yang semakin baik, dalam menyongsong bonus demografi generasi emas ini, InsyaAllah, pertanian menjadi sektor bisnis yang semakin seksi dan prospektif,” pungkas Sandi.

Mengetahui sosok Sandi, Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto berbangga hati dan turut senang. Keberadaan anak muda yang berhasil di bidang pertanian patut ditiru dan merupakan harapan keberlangsungan pertanian.

“Ini sangat luar biasa. Di usia 26 tahun sudah menjadi milyader di bidang pertanian, patut diapresiasi dan mendapat penghargaan yang tinggi” tegas Anton.

“Sandi membuktikan bahwa dengan bertani bisa sejahtera, bisa maju, dan membangun negeri ini. Tentunya harapan kami bisa lahir anak-anak muda yang bergerak di bidang pertanian demi terwujudnya kedaulatan pangan” pungkas Anton.

 

(arm)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *