Rupiah Terkapar, Produsen Tahu Tercancam Gulung Tikar

RADARSUKABUMI.com – Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS membuat sejumlah produsen tahu di Jombang, Jawa Timur, terancam gulung tikar.

Hal itu dipengaruhi harga kedelai naik sehingga membuat biaya produksi ikut naik. Sementara harga jual tahu di masyarakat tidak mengalami kenaikan.

Bacaan Lainnya

“Harga bahan baku naik terus dan kita hanya bisa bertahan, entah sampai kapan. Tapi kalau ini terus berlangsung, pastinya kita tidak bisa produksi,” keluh Sugiat, pengusaha tahu asal Desa Sambirejo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, seperti dilansir Kantor Berita RMOLJatim (Radarsukabumi.com grup), Rabu (12/9/2018).

Diakui Sugiat, selama ini pihaknya memproduksi tahu dari kedelai impor. Untuk kedelai lokal, menurutnya, belum bisa diandalkan karena hanya bertahan sebentar saja setelah masa panen.

“Setelah tiga bulan berjalan sudah habis bahan bakunya, jadi terpaksa harus menggunakan kedelai impor,” urainya.

Bahan baku kedelai impor saat ini mengalami kenaikan sebesar Rp 7.500 per kilogram dari harga sebelumnya berkisar Rp 6.700 per kilogram. Harga yang melambung tinggi dengan kenaikan di atas Rp 1.000 ini membuat pelaku industri tahu di Jombang harus mengurai jumlah produksinya.

“Kalau sebelum terjadi lonjakan harga bisa mencapai 1 ton lebih, kini produksi dikurangi menjadi 700 kuintal,” terang dia.

Kenaikan harga bahan baku tersebut sangat memberatkan kalangan pengusaha tahu karena harga jual tahu di masyarakat tetap Rp 95 ribu per embernya.

“Satu ember ada tiga papan tahu yang isinya berkisar 30 potong tahu per papannya. Sehingga para pengusaha tahu masih tetap bertahan dengan harga jual seperti itu. Sebaliknya jika harga dinaikkan maka persaingan pasar bakal tidak sehat,” tutup Sugiat.

Dia pun berharap agar pemerintah dalam memulihkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini sesegera mungkin.

(RMOL/izo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *