KB Kookmin Bank, Resmi Jadi Pemegang Saham Terbesar Bank Bukopin

Ilustrasi Bank Bukopin

SUKABUMI– Bank terbesar asal Korea Selatan, KB Kookmin Bank resmi menjadi pemegang saham terbesar Bank Bukopin setelah selesainya proses Penawaran Umum Terbatas ke-5 (PUT V) melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).

Direktur Utama Bank Bukopin, Rivan Purwantono mengatakan, selama masa perdagangan dan pemesanan tambahan HMETD KB menyerap sekitar 2,97 miliar saham baru dan selain KB, Bosowa Corporindo yang juga melaksanakan porsi HMETD nya dengan menyerap 1,09 miliar lembar saham.

Bacaan Lainnya

“Secara keseluruhan, Bukopin menerbitkan saham baru sejumlah 4,660,763,499 saham baru kelas B, sesuai dengan persetujuan pemegang saham yang diperoleh pada RUPS Luar Biasa tanggal 24 Oktober 2019,” ujarnya melalui siaran press, Minggu (2/7/2020) siang di Jakarta.

Lanjut ia menambahkan, berdasarkan hasil data Biro Administrasi Efek yang menjadi partner Bukopin, Datindo Entrycom, selain melaksanakan HMETD yang menjadi porsinya, beberapa pemegang saham melakukan pemesanan saham tambahan sehingga terjadi kelebihan nominal pemesanan (oversubscribe) hingga 2 kali lipat. Partisipasi pemegang saham ritel (masyarakat) dalam PUT V ini juga cukup besar. Dengan selesainya PUT V ini Bank Bukopin mendapat tambahan modal baru senilai Rp838 miliar.

Dengan berakhirnya transaksi perdagangan pada PUT V, komposisi urutan pemegang saham di Bank Bukopin menjadi KB Kookmin Bank dengan porsi kepemilikan terbesar yakni 33,9 persen. Lalu disusul dengan Bosowa sebesar 23,4 persen, Negara Republik Indonesia pada 6,37 persen, dan pemegang saham publik dengan kepemilikan di bawah 5 persen, mencapai 36,33 persen.

Rivan menjelaskan, dengan komposisi tersebut, kepemilikan tersebut KB Kookmin Bank semakin dekat untuk menjadi pemegang saham pengendali Bank Bukopin. “Kami sangat bersyukur aksi korporasi ini berjalan lancar, dan mengapresiasi KB, Bosowa serta pemegang saham publik yang telah berpartisipasi memperkuat permodalan Bukopin pada PUT V ini,” kata Rivan.

“Kami sangat bersyukur aksi korporasi ini berjalan lancar, dan mengapresiasi KB, Bosowa serta pemegang saham publik yang telah berpartisipasi memperkuat permodalan Bukopin pada PUT V ini dan kami juga berterima kasih kepada OJK, BEI, dan seluruh lembaga dan profesi penunjang pasar modal yang membantu kelancaran PUT V ini dari awal hingga berhasil dituntaskan hari ini ,” ungkapnya.

Dengan adanya oversubscription pada PUT V ini, lanjut Rivan menunjukkan minat yang tinggi dari pemegang saham. PUT V menjadi sejarah baru untuk Bukopin dengan minat pemegang saham publik sangat luar biasa, mencapai 24% dari total porsi saham publik berhasil ditransaksikan di PUT V.

Bukopin melanjutkan Aksi Korporasi melalui Penambahan Modal Tanpa Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) sesuai dengan Keterbukaan Informasi yang telah dipublikasikan pada 14 Juli 2020.

“Sesuai komitmen KB akan menyetorkan tambahan modal baru melalui skema tersebut untuk memperkuat permodalan Bank Bukopin,” tambahnya.

Sesuai rencana, Bukopin akan meminta persetujuan kepada pemegang saham melalui RUPS Luar Biasa yang rencananya akan dilaksanakan pada 25 Agustus 2020 mendatang. Saat ini dalam proses finalisasi dengan regulator.

Langkah tersebut merupakan bentuk komitmen KB untuk memperkuat fundamental Bukopin agar dapat berkembang lebih baik ke depannya. Manajemen dan stakeholder Bukopin menaruh harapan besar dengan bertambahnya porsi kepemilikan KB Kookmin Bank.

Diharapkan kolaborasi antara KB dan Bank Bukopin yang memiliki segmen bisnis serupa di segmen ritel, dapat memperkuat posisi Bukopin di pasar ritel dengan pertumbuhan yang berkesinambungan.

“Kookmin Bank memiliki karakteristik bisnis yang serupa dengan Bank Bukopin yaitu fokus di segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta segmen Konsumer. Adapun 57% dari portofolio kredit Bank Bukopin berada di segmen UMKM, dan KB berkomitmen mengembangkan segmen ritel ini,” ujar Rivan.

Rivan menambahkan, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan partisipasi mendukung Bukopin dan KB, karena dengan pengembangan sektor ritel juga akan berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia, yang sekitar sepertiganya bergantung pada sektor konsumsi domestik. (*/wdy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *