Menengok Rumah Produksi Keripik Tempe Crispy Kahla

Rumah produksi tempe krispi yang terletak di Kampung Nagrak Lebak RT01/02, Desa balaikambang, Kecamatan nagrak, Kabupaten Sukabumi ini terbilang unik. Sang pemilik, Handry dan Vivi menciptakan tempe dengan berbagai macam jenis olahan.

DINNA AGUSTINA, Sukabumi

Rumah produksi yang dinamai Keripik Tempe Crispy Kahla, merupakan rumah produksi yang dirintis sejak 2014 silam oleh kedua pasangan suami istri (Pasutri) Handry Wahyudi (46) dan Vivi Herviany (44).
Sekarang hasil olahan kacang kedelai seperti tempe, dibuat dengan berbagai macam produk yang beraneka rasa. Ada original, pedas, balado, ayam bawang, sapi panggang, jagung bakar dan keju. Tidak hanya itu, Vivi dan suami juga membuat tempe choco stik, baby hot dan yang paling baru yaitu tempe stik rujak honje.
Untuk tempe krispi dan tempe krispi rujak honje sendiri, bisa dibilang produk unggulan yang digemari banyak kalangan terutama mereka para pecinta tempe.
“Untuk baby hot itu memanfaatkan hasil tempe yang ukurannya tidak sesuai, jadi limbah tempenya sendiri tidak ada yang terbuang,”kata Vivi saat ditemui Radar Sukabumi di rumahnya, Rabu (17/10).
Sedangkan tempe choco stik, merupakan perpaduan antara tempe yang gurih dengan balutan coklat yang manis.
Setiap hari, pasutri ini dibantu anaknya, mereka punya tugas sendiri-sendiri. Vivi fokus ke produksi, Handry dan anaknya bagian pemasaran.
Kenapa anak terlibat? Karena anaknya dididik supaya bisa menjadi pengusaha muda.
“Nama Kahla sendiri diambil dari nama anak yaitu Kahla Kahila Wahyudi,”ucapnya.
Sebelum merintis usaha ini, Vivi pernah menjadi salah satu karyawan swasta di perusahaan dempul mobil. Namun, setelah itu dirinya berfikir untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri dan sudah berjalan sampai sekarang.
“Awalnya saya jadi karyawan dulu, ya karyawan gajinya segitu-gitu aja,”imbuhnya.
Dari situlah dirinya berfikir, bagaimana cara menghasilkan uang sendiri. Setelah itu, mereka memutuskan untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri.
“Ya intinya buat ngebantu orang juga, dirintis sejak 2014 sampai sekarang kita punya aneka jenis produk yang pertama tempe crispy, tempe choco stik, baby hot dan yang paling baru itu tempe stik rujak honje,”paparnya.
Dijelaskannya satu persatu tahapan produksi. Tempe dicampur dengan bahan-bahan seperti tepung, setelah itu didiamkan satu sampai dua hari lalu di potong-potong tipis, lalu dicelupkan ke dalam bumbu dan setelah itu digoreng.
“Tentu saja ada kesulitan misalnya tidak tahu kalau tempenya matang sempurna atau tidak akan menjadi busuk, dan kurang matang itu akan hancur,”ulasnya.
Varian rujak honje sengaja dipilih, lantaran hampir semua orang menyukainya. Apalagi kekhasan dari honjenya sendiri hanya ada di Jabar.
“Kami ingin menjadikan makanan ini khas Jabar, untuk tempe stik rujak honje Alhamdulillah responnya sangat bagus,”terangnya.
Selain mengangkat nama tempenya sendiri, nama honjenya pun semakin dikenali oleh banyak orang khususnya anak muda zaman milenial ini.
“Kami bisa memproduksi 15 kg tempe, dalam sehari. Tetapi tergantung pemesanan, jadi tidak setiap hari memproduksi semua hasil olahan tetapi satu hari fokus ke tempe stik rujak honje, satu hari ke yang lainnya,”paparnya.
Untuk tempenya sendiri, Vivi sudah bekerja sama dengan pedagang tempe sekitar dan peragiannya diatur sesuai permintaan dan pedangang tempenya sendiri yang mengririm ke tempat produksinya.
Terkadang, Vivi juga suka mengambil sendiri ke pedagangnya. Nah untuk tahapan pengemasan, rumah produksi ini memakai plastik aluminium voil dan mesin pres pengemasan.
“Supaya lebih awet dan tidak kedap udara, otomotis akan lebih tahan lama dan rumah produksi ini dalam bahan baku tidak memakai bahan pengawet bisa dibilang alami,”bebernya.
Ia juga tidak memakai MSG dan diganti oleh kaldu, ditambah honje dan tempenya selain sehat dan banyak manfaatnya.
“Saat digoreng, kami menggunakan minyak sendiri minyak yang memang tidak membahayakan bagi konsumen,”katanya.
Dalam satu hari produksi, tempe yang dipakai bisa mencapai 15 kg. Ia beli ke pedagang, senilai kurang lebih Rp90 ribu karena satu kilo tempe kurang lebih Rp6000,”paparnya.
Untuk harga per pcs khusus reseller dijualnya Rp15 ribu, sedangkan Rp18 ribu sampai Rp20 ribu per pcs untuk borongan 100 pcs. Satu pcs-nya Rp12.500. rumah produksi ini sudah mempunyai pelanggan tetap seperti dari Bandung, Jakarta, Medan, Cilegon, Surabaya,Tanggerang.
“Satu hari bisa menjual 185 pcs kurang lebih,”imbuhnya.
Untuk pemasaran, selain wilayah kota juga merambah hingga Aceh sampai Bali dan sampai keluar negeri seperti Kanada, Norwegia, San Fransico, Korea, London dan Malaysia. Itu untuk produk tempe krispi, sedangkan untuk produk tempe stik rujak honje sudah sampai Korea dan Malaysia. Sedangkan untuk Sukabumi seperti lampion, almon, deskranasda, 212 Mart dan pemasaran juga memalui online memakai market place seperti Wakuliner khusus wadah kuliner seluruh nusantara. Tentunya instagram dan brosur.
Untuk pemesanan ke luar negeri, biasanya memesan via online dengan kirim via pos, pos kilat dan sampai di tujuan bisa mencapai satu minggu dan ongkirnya untuk satu kg bisa mencapai Rp450.000. Sedangkan upah pekerja Rp35 ribu sampai 50 ribu perhari.
“Omzet perhari bisa mencapai Rp1.085.000, dari reseller satu bulan bisa mencapai Rp5,5 juta. Sedangkan dari omzet distributor bisa mencapai kurang lebih Rp2 juta ke bawah,”urainya.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *