Ke Depan Mobil Pejabat Harus Listrik

deriuol USUNG RAMAH LINGKUNGAN: Penggunaan kendaraan listrik terus disosialisasikan.

JAKARTA, RADARSUKABUMI.com – Kendaraan berteknologi Electrified Vehicle mulai dikembangkan di Indonesia. Bahkan ada perguruan tinggi (PT) yang sudah berhasil membuat kendaraan listrik. Bukan hanya motor listrik saja, tapi juga mobil listrik yang ramah lingkungan.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, kendaraan berbasis listrik menjadi sangat penting ke depannya. Termasuk kendaraan listrik untuk angkutan umum.

Bacaan Lainnya

“Ke depan mobil pejabat harus listrik. Motor listrik juga sudah dibuat, karya anak bangsa motor gesit. Ini harus kita bangun. Brand perlu terus dibangun,” ujar Nasir saat menyambut Rally Jambore Kendaraan Listrik Nasional di Gedung BPPT, Jakarta, Selasa (3/9).

Pemerintah berkomitmen mengembangkan kendaraan listrik. Baik itu motor ataupun mobil. Untuk diketahui Perpres Nomor 55 tahun 2019, tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Untuk Transportasi Jalan, telah disahkan oleh Presiden. “Perguruan Tinggi diharapkan dapat berkolaborasi dengan industry,” jelasnya.

Adapun ITS telah mampu membuat mobil listrik. Namun begitu, kata dia, akan ada lima Perguruan Tinggi yang akan berkolaborasi mendukung kendaraan listrik, seperti UI, ITB dan UGM. “Industri sudah kita ajak diskusi. Ada dua hal yang kami bicarakan dengan investor. Bus listrik dan mobil listrik,” beber Nasir.

Pihaknya berharap kendaraan listrik bisa dapat segera diproduksi Di sini material pendukung mencukupi. 2022 baterai bisa diproduksi. “Kalau ini bisa dilakukan kita akan menghadapi kompetensi yang ketat. Pembicaraan dengan investor sudah dilakukan,” jelasnya.

Pada 31 Agustus 2019, pihaknya bersama-sama Menko maritim, Menteri Perhubungan dan Perindustrian sudah mensosialisasikan kendaraan berbasis listrik. Sekarang sudah ada taxi berbasis listrik.

“Ini punya manfaat, hilirisasi. Tidak ada manfaat inovasi kalau tidak di hilirisasi ke industri. Siapa, mereka yang punya pengalaman. Kalau kita mau buat sendiri, berapa investasi yang perlu dikeluarkan. Kita kombinasikan peneliti, dunia akademik dan perekayasa, hasil inovasinya bisa dimanfaatkan industri. Pemerintah bertugas untuk melakukan mediasi,” bebernya.

Kendaraan listrik yang sudah inovasi dipatenkan, tidak secara otomatis barang yang sudah dipatenkan jadi produk. Perlu disesuaikan. “Saya pernah naik taxi listrik Tesla. Sekali cas jalan 450 km. Bagaimana teknologi, baterai harus kita kembangkan. Ekosistemnya harus kita kembangkan,” pungkasnya.

 

(dai)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *