Harga Telur Melorot, Peternak Ayam Tekor

peternak ayam petelur
Sugianto (60), peternak ayam petelur di Desa Darangdan, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, memanen telur ayam.

PURWAKARTA  – Para peternak ayam petelur di Kabupaten Purwakarta mengeluh lantaran harga telur ayam terus turun di pasaran.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi harga pakan ayam yang kian merangkak naik.

Bacaan Lainnya

Sugianto (60), salah seorang peternak ayam petelur di Desa Darangdan, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta mengatakan, kondisi tersebut sudah berjalan hampir satu bulan dan nyaris tak ada solusi untuk meminimalisir angka kerugian.

Dampak buruknya kata dia, bisa-bisa peternak gulung tikar. “Berkaca pada harga jual telur dan harga beli pakan saat ini, setiap hari saya nombok sekitar Rp250 ribu sampai Rp300 ribu.

Kalau seperti ini terus bisa-bisa peternak ayam petelur gulung tikar karena tidak ada solusi selain lelang ayam,” keluhnya, Sabtu (25/9) lalu.

Saat ini, lanjut Sugianto, harga jual telur terus anjlok, sementara harga pakan naik dari sebelumnya Rp6.300 menjadi Rp7.200 per kilogramnya.

“Sekarang harga jual telur ke warung grosir antara Rp15.000 sampai Rp16.000 per kilogram, dari sebelumnya Rp18.000 sampai Rp19.000. Sementara ke eceran Rp18.000 dari sebelumnya Rp21.000 sampai Rp22.000 per kilogram,” bebernya.

Selain harga pakan, ditambahkan Sugianto, penyebab anjloknya harga telur diduga akibat maraknya telur asal daerah Jawa Tengah dan jawa Timur yang masuk ke wilayah Jabodetabek.

Harga telur dari wilayah Jawa, lebih murah dibanding harga telur di wilayah Jabodetabek. “Telur dari Jawa harganya lebih murah, sekitar Rp13.000 dijual di sini wilayah Jabodetabek sekitar Rp14.000 sampai Rp15.000.

Bedanya, telur di sini lebih fresh karena langsung dari kandang, kalau dari Jawa sudah sekitar 1 mingguan baru dijual ke pasaran,” ungkap pria yang mengaku sudah bergelut dengan ayam petelur lebih dari 20 tahun tersebut.

Sejumlah cara pun sudah dilakukan untuk menutup pengeluaran yang saat ini tidak sebanding dengan pemasukan. Namun, cara itu pun rupanya berpengaruh terhadap bertelurnya ayam.

“Bukan disiasati lagi, tapi memang terpaksa kita lakukan. Caranya, kita kurangi takaran pemberian pakan, tapi yang terjadi malah berpengaruh juga terhadap jumlah telur yang dihasilkan setiap ayam setiap harinya. Serba salah jadinya,” tutur Sugianto.

Kondisi serupa juga dikatakan Lili (36), peternak asal Desa Cicadas, Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta.

Menurutnya, permasalahan peternak saat ini kurang lebih sama. Dia pun berharap, situasi kembali pulih.

“Sama, semua peternak ayam petelur saat ini sedang menjerit. Bagaimana tidak menjerit, harga telur anjlok sementara harga pakan terus naik. Tak heran banyak yang terancam gulung tikar alias bangkrut,” ujarnya. (gan)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *