Fins Batik Cimaja Sukabumi yang Mendunia

Batik-Fins-Cimaja-Sukabumi
Ilham Santosa atau Ade Rabig sedang membuat Fins Batik untuk pesanan pelanggannya.

SUKABUMI – Tersohor karena memiliki spot ombak terbaik untuk berselancar, Pantai Cimaja, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi ini ternyata menjadi surga tersembunyi bagi para perselancar dunia.

Tak heran jika setiap tahunnya warga negara asing saling berdatangan untuk mencoba ombak Cimaja tersebut. Menjadi spot ombak pilihan para turis asing untuk berselancar, ternyata berdampak besar bagi para pelaku usaha di Cimaja. Salah satunya pengrajin Fins. Fins sendiri merupakan bagian sirip yang berada di bawah papan selancar.

Bacaan Lainnya

Ilham Santosa atau yang dikenal akrab Ade Rabig adalah warga Kampung Marinjung Tengah RT 004 RW 001 Desa Karang Papak Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Pria kelahiran Sukabumi 23 Maret 1967 ini merupakan pioner pencipta sirip papan surfing atau Fins yang dipadukan dengan batik sebagai identitas warisan budaya Indonesia yang mampu menembus pasar internasional. Ia pun sudah sejak tahun 1994 mulai membuat Fins atau sirip untuk papan selancar.

Awalnya ia bertemu dengan seorang teman yang juga seorang peselancar dari Australia dan memberinya papan selancar namun tanpa papan selancar tersebut tanpa Fins.

“Awalnya dikasih teman papan selancar tapi Fins-nya enggak ada dari situ saya muai ulik cari-cari cara gimana membuat Fins, awalnya saya sempat bikin dari kayu namun hasilnya kurang bagus,” terangnya kepada Radar Sukabumi, Minggu (16/7).

Meski begitru, Ade Rabig pun tak patah semangat. Berbagai percobaan dengan berbagai macam material pun dilakukan, hingga akhirnya ia berhasil membuat Fins dari bambu yang dilapisi fiberglass agar lebih kuat dan ternyata berhasil.

Saat itu, Fins buatannya masih polos tanpa motif , Ade mengaku membuat Fins Batik berawal ketidaksengajaannya saat menumpahkan resin ke kain batik ( Resin merupakan salah satu material yang banyak digunakan dalam pembuatan lem, badan mobil, dan lain-lain, red).

” Awalnya masih polosan, terus waktu itu enggak sengaja lagi buat adonan resin kemudian tumpah ke kain batik yang biasanya saya pake lap yang ada di keramik tumpah mau diambil tapi nanti aja karena kebetulan saya sedang ngeresin yang lain, setelah itu kering dibuka ternyata pas di buka lap itu wah ini motif bagus nih akhirnya dari situ muncullah ide membuat Fins dengan motif batik,” terangnya.

Dari coba-cobanya itu, Ia pun mencoba hasil karya tangannya untuk dijual kembali dengan menawarkan ke turis-turis asing yang sedang surfing. Terlihat unik, Fins buatannya itu pun ternyata disambut hangat oleh para turis asing. Mereka tertarik karena buatan ade Rabig sangat unik karena bermotif batik.

“Dari situ Alhamdulillah sekitar tahun 1998 saya mendapat bantuan dana dari turis asing juga, dia modalin peralatan dan saya bantu sewa tempat karena memang kebetulan dari situ produksi semakin bertambah,” imbuhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *