Dihadang Uni Eropa, Indonesia Bidik India

net ILUSTRASI: Petani memanen kelapa sawit.

SAMARINDA – RADARSUKABUMI.com – Indonesia harus pintar mencari peluang untuk menjaga kinerja ekspor minyak mentah kelapa sawit (crude palm oil/CPO) di tengah tekanan Uni Eropa. Salah satu negara yang bisa dijadikan pasar baru bagi para pelaku industri CPO Indonesia ialah India.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammad Sjah Djafar, tekanan dari Eropa memang tidak bisa didiamkan. Namun, sambil menunggu kampanye negatif reda, Indonesia harus pintar ekspansi ekspor CPO.

Bacaan Lainnya

Saat ini Indonesia harus bisa melobi India untuk memangkas bea masuk (BM) minyak sawit nasional.
Langkah tersebut harus dilakukan karena Pemerintah Indonesia telah menurunkan BM gula mentah (raw sugar) asal India melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 96 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas PMK No 27 Tahun 2017 tentang Penetapan Tarif BM dalam Rangka ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA).

“Jika BM crude palm oil (CPO) yang saat ini menyentuh 50 persen bisa menurun, kinerja ekspor Kaltim turut akan terdongkrak,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan, BM atas impor raw sugar dari India menjadi lima persen dari sebelumnya berlaku tarif BM sepuluh persen.

Kebijakan Indonesia ini bisa membuat BM ke India juga longgar. Saat ini, India memberlakukan BM sebesar 45 persen untuk produk turunan minyak sawit dari Malaysia, sedangkan dari Indonesia sebesar 50 persen. “Kalau BM CPO menurun, India bisa jadi pasar baru CPO kita,” katanya.
Menurutnya, ekspor ke India mencapai puncak pada 2017 sebesar 7,63 juta ton atau melonjak dari 2016 yang tercatat 5,78 juta ton.

Namun, pada 2018, ekspor minyak sawit Indonesia ke India anjlok hingga menjadi 6,71 juta ton.
Sepanjang Januari-Maret 2019, ekspor sawit ke India sebanyak 1,32 juta ton atau justru di bawah Uni Eropa (UE) yang mencatatkan impor minyak sawit asal Indonesia sebanyak 1,41 juta ton pada periode sama.

Pada 2018, sepanjang Januari-Maret, ekspor ke India tercatat sebanyak 1,45 juta ton dan ke UE sebanyak 1,20 juta ton.

“Di Kaltim pada triwulan pertama tahun ini ekspor CPO Kaltim tumbuh 57,42 persen (yoy). Jika pasar baru ke India bisa berlangsung, otomatis kinerja kita di Kaltim juga akan meningkat,” pungkasnya.

 

(ctr/ndu2/k15)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *