Defisit APBN Tembus Rp183,7 Triliun

kemenkeu KINERJA DAN FAKTA: Menkeu Sri Mulyani Indrawati bersama pejabat Kemenkeu usai konferensi pers, realisasi APBN 2019, Jakarta, Senin (26/8).

JAKARTA, RADARSUKABUMI.com – Hingga Juli 2019, defisit anggaran tercatat sebesar Rp183,7 triliun atau setara dengan 1,14 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Realisasi defisit anggaran pada periode itu lebih besar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp151 triliun atau setara 1,02 dari PDB.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, peningkatan defisit anggaran dipengaruhi oleh realisasi belanja negara yang tumbuh lebih tinggi daripada pendapatan negara. Secara akumulatif, belanja negara di semua sektor yang meningkat tak sebanding dengan pendapatan negara.

Bacaan Lainnya

“Defisit dari sisi total Rp183,7 triliun sampai dengan 31 Juli 2019 atau lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp151 triliun,” kata Sri Mulyani di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (26/8).

Sampai Juli 2019, total realisasi pendapatan negara hanya mencapai Rp1.052,8 triliun atau sekitar 48,6 persen dari target APBN 2019. Rinciannya, berasal dari pendapatan dalam negeri pada penerimaan perpajakan sebesar Rp810 ,7 triliun atau sekitar 45,4 persen dari target APBN dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp241,3 triliun atau sekitar 63,8 persen dari target APBN.

Sementara itu, pada periode sama realisasi belanja negara tercatat mencapai Rp1.236,5 triliun atau sekitar 50,2 persen dari target APBN 2019. Detilnya, belanja pemerintah pusat yang terdiri dari belanja Kementerian Lembaga (K/L) mencapai Rp761,5 triliun dan Transfer Daerah dan Dana Desa (TKDD) mencapai Rp475,1 triliun.

“Belanja negara tumbuh 7,9 persen year on year (yoy) lebih baik dibandingkan tahun 2018, didukung peningkatan penyaluran TKDD tumbuh 5,9 persen (yoy), jauh di atas pertumbuhan 2018,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, per Juni 2019 lalu, defisit anggaran tercatat sebesar Rp135,8 triliun atau setara dengan 0,84 persen dari PDB. Defisit anggaran tersebut meningkat karena adanya dampak perang dagang yang membuat beberapa basis komoditas andalan Indonesia melemah.

 

(man)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *