Virus Rentenir Mematikan, Kolotok Jampang Geruduk DPRD

Ratusan warga Sukabumi saat melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung DPRD Kabupaten Sukabumi di Jalan Raya Jajaway, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Rabu (5/2).

PALABUHANRATU – Ratusan warga Sukabumi yang tergabung dalam wadah Komunitas Lintas Organisasi dan Tokoh (Kolotok) Jampang, menggeruduk gedung DPRD Kabupaten Sukabumi di Jalan Raya Jajaway, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Rabu (5/2).

Dalam aksinya, mereka menggelar spanduk dan poster yang bertuliskan seterilkan birokrasi dan aparatur dari praktek racun suap rentenir demi visi misi Kabupaten Sukabumi yang religius, rentenir adalah virus mematikan dan menghancurkan sendi sosial ekonomi dan moral masyarakat, usir rentenir dari tanah Sukabumi, bebaskan dan bersihkan tanah Sukabumi dari cengkraman dan lilitan gurita haram rentenir.

Bacaan Lainnya

Setelah melakukan orasi, sekira pukul 13.30 WIB, sekitar 20 orang yang merupakan perwakilan dari massa diterima oleh anggota DPRD Kabupaten Sukabumi untuk melakukan audensi diruang BAMUS DPRD Kabupaten Sukabumi.

Ketua Kolotok Jampang, Aden S Sastrawijaya mengatakan, kedatangan masyarakat ke gedung DPRD Kabupaten Sukabumi ini, untuk menuntut dan mengusir para rentenir maupun bank emok yang sudah menggurita di wilayah Kabupaten Sukabumi.

“Untuk itu, kami meminta agar kepada pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi supaya segera mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) tentang larangan rentenir. Karena, dinilai mematikan dan menghancurkan sendi sosial ekonomi serta moral masyarakat,” jelas Aden kepada Radar Sukabumi, Rabu (5/2).

Saat ini, banyak warga Sukabumi yang terlilit hutang kepada rentenir maupun bank emok. Untuk itu, warga Sukabumi yang tergabung dalam wadah Kolotok Jampang menolak aktivitas rentenir dan bank emok tumbuh di Kabupaten Sukabumi.

“Di daerah Pajampangan ada sekitar 26 bank rentenir yang berkeliaran di Jampang dan pemilik aslinya berasal dari luar daerah Sukabumi.

Untuk itu, kami menuntut supaya Bupati Sukabumi mengeluarkan Perbup agar rentenir tidak tumbuh di wilayah Sukabumi,” bebernya.

Keberadaan para rentenir maupun bank emok, ujar Aden, telah membuat resah warga Sukabumi. Pasalnya, selain dapat melumpuhkan ketahanan ekonomi masyarakat, juga tidak sedikit para ibu-ibu yang kelilit hutang menjadi korbannya.

Bahkan, bila kurang setoran mereka barani mengambil beras yang ada didapur untuk keperluan makan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *