Ungkap Kematian Siswa SD di Sukaraja, Tim Forensik Bawa 10 Jaringan Otak Korban

DIWAWANCARAI: dr. spesialis forensik RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, Nurul Aida Fathya saat diwawancarai Radar Sukabumi usia melakukan ekshumasi pada jasad MHD (9) siswa kelas II SD di wilayah Kecamatan Sukaraja pada Rabu (31/05).(FOTO : DENDI/RADAR SUKABUMI)
DIWAWANCARAI: dr. spesialis forensik RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, Nurul Aida Fathya saat diwawancarai Radar Sukabumi usia melakukan ekshumasi pada jasad MHD (9) siswa kelas II SD di wilayah Kecamatan Sukaraja pada Rabu (31/05).(FOTO : DENDI/RADAR SUKABUMI)

SUKABUMI — Guna mengungkap kematian siswa SD MHD (9) yang diduga korban penganiayaan hingga tewas, Tim forensik dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin SH Kota Sukabumi, mengambil 10 jaringan pada jasad korban.

Jasad korban yang merupakan siswa kelas II SD tersebut, di ekshumasi oleh tim forensik selama kurang lebih 4 jam, tepatnya di mulai dari pukul 09.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB di salah satu tempat pemakaman umum (TPU) yang ada di wilayah Kecamatan Sukaraja.

Bacaan Lainnya

dr. spesialis forensik RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, Nurul Aida Fathya kepada Radar Sukabumi mengatakan, dari temuan autopsi yang pasti kondisi jenazah sudah mulai membusuk. Namun, untuk kondisi perlukaan di tubuh jenazah belum bisa dipastikan penyebabnya dan harus dipastikan terlebih dahulu.

“Jadi, untuk kondisi perlukaan dan perbedaan warna yang saya temukan pada jasad itu, nanti harus dilakukan di laboratorium. Iya, apakah benar memar atau bukan. Karna kalau luka-luka terbuka itu gak ada, jadi kita pastikan dulu warna yang berbeda itu bukan karena pembusukan apakah itu memar atau bukan,” kata dr. Nurul kepada Radar Sukabumi usia melakukan ekshumasi pada Rabu (31/05).

Ketika disinggung mengenai adanya perlukaan pada jasad korban, apakah dari bekas hantaman. dr. Nurul, belum bisa menjawab secara pasti. Namun, jika semisal dari hasil laboratorium dikatakan bahwa itu adalah tanda perlukaan kemungkinan, akibat kekerasan tumpul.

“Iya, karena apa, kan gak ada luka terbuka. Kalau gak ada luka terbuka kemungkinananya antara memar atau luka lecet, itukan pasti akibat kekerasan tumpul. Mau dihantam, bergesek atau apa kita gak tahu,” paparnya.

Saat melakukan ekshumasi, ia mengaku telah melakukan pemeriksaan pada jasad korban secara keseluruhan, mulai dari kepala sampai ujung kaki. Namun, dari semua jaringan pada jasad korban, tim forensik telah fokus melakukan pemeriksaan pada daerah kepala, leher, dada dan sampai ke dalam, perutnya.

“Kalau untuk alat gerak atas dan bawah, kita periksa dari permukaan. Kalau misalnya ada yang mencurigakan itu kita periksa lebih lanjut,” tukasnya.

Dari semua jaringan yang ada pada tubuh korban, masih kata dr. Nurul, tim forensik telah mengambil sampel sebanyak 10 jaringan mulai dari kulit hingga ke organ dalam yang dicurigai terdapat perlukaan.

Sementara, untuk persoalan kecurigaan keluarga korban terkait MHD yang mengalami patah rahang dan mengalami pecah pembuluh darah. dr Nurul belum bisa menjawab, sebelum keluar hasil ekshumasi dari lab.

“Kecurigaan keluarga soal patah rahang. Nanti kita konfirmasi, karena kaya misal tadi pembuluh darah yang pecah di kepala. Maka, kita ambil jaringan otaknya. Kemudian tadi yang di rahang kita ambil otot rahangnya,” timpalnya.

“Jadi nanti kita lihat hasil lab-nya. Biasanya pengerjaan kalau untuk histapatologi sekitar 2 mingguan. Sedangkan, untuk ada pernyataan dari keluarga korban soal penyakit tetanus, maka dari organ-organ yang diambil itu nanti kita konfirmasi ke dokter patotologi anatominy ada atau tidak penyakit itu,” pungkasnya. (den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *