Sejarah Dibalik Nama Tanjakan Dini Sukabumi, Diawali Pristiwa Tragis dan Sering Kecelakaan

TANJAKAN DINI
TANJAKAN DINI: Jalan Raya Simpang Loji yang lebih terkenal dengan nama Tanjakan Dini merupakan salah satu infrastruktur yang dibangun Pemprov Jawa Barat dengan menghabiskan anggaran Rp300 miliar sepanjang 36 kilometer

SUKABUMI — Siapa sangka dibalik penamaan tanjakan dini di daerah Giri Mukti Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi , menyisakan pristiwa yang tragis.  Bagi anda yang sudah merasakan sensasi ngaspal di jalan menuju kawasan wisata taman bumi Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, pastilah anda akan merasakan kondisi jalan penuh kelok dansensasi naik turunnya tatkala melewati sejumlah tanjakan di jalan itu.

Dari sekian tanjakan yang ada di lintasan jalan sepanjang 33 kilometer yang membentang mulai dari daerah Loji Kecamatan Simpenan hingga ke Pantai Palangpang Desa Ciwaru Kecamatan Ciemas dengan menelan biaya Rp200 miliar tersebut, ternyata ada satu nama tanjakan yang memiliki cerita pilu nan tragis. Ya itu adalah tanjakan Dini,

Bacaan Lainnya

Tanjakan Dini, sebuah tanjakan yang memiliki tingkat kecuraman tinggi apabila dibandingkan dengan tanjakan-tanjakan lain.

Entah siapa yang kali pertama menyematkan tanjakan itu dengan sematan nama tanjakan Dini. Tahu-tahu tanjakan itu kini populer dengan sebutan tanjakan Dini.

Kata Dini untuk tanjakan itu ternyata tidak lain nama seorang ibu muda yang diperkirakan berusia 33 tahuan asal warga Desa Girimukti Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi.

Sebelum disebut tanjakan Dini, konon menurut warga sekitar, tanjakan itu awalnya dikenal dengan tanjakan Legok. Penyebutan tanjakan Dini berawal dari kisah pilu memilukan Dini yang saat itu tengah hamil tujuh bulan.

Kala itu Dini tewas seketika bersama jabang bayi yang dikandungnya di tanjakan tersebut, saat ia bersama sanak familinya tahun lalu tepatnya dua hari setelah Idul Fitri 2017, pulang dari silaturahmi dengan keluarganya di daerah Palabuhanratu.

Dini tewas dalam kecelakaan tunggal karena mobil bak terbuka jenis colt mini L 300 yang ia tumpangi jalan di tanjakan yang waktu itu masih berlantai tanah, terbalik dan jatuh ke jurang lantaran tidak mampu menapaki tanjakan tersebut. Ia mengalami luka cukup parah dan pendarahan hebat.

“Sebenarnya kondisi masih belum laik dilalui karena masih dalam proses pemerataan tebing. Tapi sopir yang membawa rombongan tetap memaksakan untuk melintasi tanjakan itu,”ungkap Ocang (50), warga sekitar menceritakan sepintas sejarah nama tanjakan Dini kepada radarsukabumi.com beberapa waktu lalu.

Selain Dini, sebenarnya ada sekira 20 orang penumpang di mobil yang biasa disebut warga Pajampangan dan sebagian warga Palabuhanratu dengan sebutan mobil toring.

Namun, saat mobil itu akan menaiki tanjakan, di mobil itu hanya ada empat orang penumpang perempuan plus sopir. Sementara penumpang lain diturunkan karena pertimbangan menurunkan bebanmuatan mobil ketika menanjak di tanjakan tersebut.

“Penumpang laki-laki disuruh turun dan jalan kaki saat mobil itu akan melintas tanjakan. Hanya Dini dan tiga keluarga perempuannya yang masih ada di mobil,”kata warga Sangrawayan Kecamatan Simpenan ini.

Meski sebagian besar penumpang sudah diturunkan. Akan tetapi tetap saja mobil tersebut tidak mampu menapaki terjalnya tanjakan yang masih berlantai tanah itu, hingga akhirnya mobil tersebutterbalik menewaskan Dini dan jabang bayi dalam kandungannya.

Pos terkait