Pembangunan Rumah Sakit Dikeluhkan

GUNUNGPUYUH – Puluhan warga Kampung Tanjungsari, RT 2 dan 3/12, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunungpuyuh, keluhkan terkait aktifitas pembangunan proyek rumah sakit. Pasalnya, pembangunan yang baru berjalan dua pekan tersebut, telah menghambat aktivitas warga. Karena fasilitas umum berupa jalan setapak yang digunakan warga dari kedua RT tersebut, saat ini sudah tidak bisa dilalui.

Padahal, jalan Ciseupan dengan lebar sekitar 1,25 meter dan panjang 35 meter tersebut, merupakan salah satu akses jalan warga menuju tempat publik. Seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), sekolah, pasar dan area publik lainnya.

Bacaan Lainnya

Ketua RT 3/12, Nanang (41) menjelaskan, setelah adanya pembangunan proyek di Kampung Tanjungsari ini, warga merasa kesulitan saat hendak berpergian. Karena akses warga yang biasanya digunakan menuju sentral publik, telah tertutup oleh adanya pembangunan rumah sakit tersebut.

“Biasanya warga kalau mau ke pasar atau berangkat sekolah menggunakan jalan Ciseupan. Namun, setelah adanya pembanguan ini, warga harus rela memutar jalan dengan jarak sekitar 500 meter ke jalan KH Ahmad Sanusi,” jelas Nanang kepada Radar Sukabumi, Minggu (3/9).

Keluhan serupa, dilontarkan Robby (51) warga Kampung Tanjungsari RT 2/12, menjelaskan, warga dari Kampung Tanjungsari saat ini, tidak bisa berbuat banyak. Karena lahan milik perorangan yang sebelumnya digunakan untuk fasilitas umum saat ini, telah dibeli oleh pihak pengembang proyek pembangunan tersebut.

Apalagi pihak pengembang sebelum melakukan pembangunan telah mekakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada warga dan sudah mengantongi izin secara legal.

“Memang tidak salah sih, karena lahan ini memang sudah milik mereka. Tapi, kasian kepada warga karena aktifitas jalan setapak yang digunakan warga sehari-hari ditutup dengan menggunakan seng setinggi dua meter,” beber Robby.

Hal senada, dikatakan Ketua Karang Taruna Unit RW 12, Bintang Yusar (23), menurutnya, warga Kampung Tanjungsari merasa kesulitan saat hendak berpergian ke pasar. Untuk itu, beberapa waktu yang lalu, warga meminta kepada pihak pengembang agar membuatkan fasiltas umum untuk jalan setapak.

“Seperti minggu kemarin, Ibu Ingeu Apriliani (25) harus rela berjalan kaki saat hendak mau melahirkan dengan cara memutari jalan sepanjang 200 meter. Biasanya, sebelum jalan itu ditutup, mobil bisa masuk ke kampung ini, tetapi setelah ada pembangunan itu, warga harus rela memutari jalan dengan jarak cukup jauh,” pungkasnya. (cr13/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *