Minat Jadi Pekerja Migran Indonesia Masih Tinggi

Warga Kabupaten Sukabumi, saat mengurus administrasi sebagai syarat untuk pemberangkatan bekerja ke luar negeri di Disnakertrans Kabupaten Sukabumi.

SUKABUMI – Keinginan warga Kabupaten Sukabumi menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) hingga saat ini masih terbilang tinggi. Kondisi ini akibat lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah yang dipimpin Marwan Hamami – Adjo Sardjono ini cenderung tidak sesuai dengan keterampilan calon tenaga kerja.

Berdasarkan data yang tercatat Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Sukabumi, jumlah TKI asal Kabupaten Sukabumi yang jadi PMI pada Januari sampai September 2019 mencapai 452 orang. Jumlah itu terdiri dari 303 PMI melalui jalur informal dan 149 PMI jalur formal.

Bacaan Lainnya

Sementara pada 2018 lalu terdapat 788 orang, teridiri dari 580 PMI jalur informal dan 208 menggunakan jalur formal .

“Jumlah TKI pada tahun 2019 ini masih terus berubah. Diprediksi, jumlahnya nanti akan lebih banyak dibanding dengan tahun sebelumnya,” jelas Kepala Seksi Penyediaan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri Disnakertrans Kabupaten Sukabumi, Tatang Arifin kepada Radar Sukabumi melalui telepon selulernya, kamis  (3/10).

Menurutnya, saat ini masyarakat Kabupaten Sukabumi masih banyak yang berniat menjadi PMI. Alasannya, selain untuk meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga, juga karena lapangan pekerjaan yang ada di daerah tidak sesuai dengan keterampilan mereka.

“Kebanyakan warga yang berangkat menjadi PMI ini berusia 30 tahun ke atas dan pendidikannya di bawah SMA. Kalau mereka bekerja di industri tekstil, paling minim itu kan pendidikannya SMA, Maka jalan alternatifnya adalah dengan bekerja sebagai PMI. Terlebih lagi, upahnya lebih besar jika dibandingkan dengan upah di Sukabumi,” bebernya.

Dari ratusan PMI ini, sambung Tatang, kebanyakan mereka bekerja di negara Asia. Seperti Hongkong, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Taiwan.

Selain itu, mereka juga banyak memilih bekerja ke luar negeri di sektor informal. Seperti asisten rumah tangga dan lainnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *